Kini Mesra, Kenapa Prabowo Dulu Dimusuhi Budiman Sudjatmiko?

Farah Nabilla Suara.Com
Minggu, 20 Agustus 2023 | 21:01 WIB
Kini Mesra, Kenapa Prabowo Dulu Dimusuhi Budiman Sudjatmiko?
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko (kanan) saat berkunjung ke Kediaman Prabowo di Rumah Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres). Meski begitu, ia juga menyebut bahwa di masa lalu, dirinya kerap bertolak belakang dengan Ketua Umum Gerindra itu.

Budiman dulunya merupakan aktivis yang turut menentang pemerintahan Presiden Soeharto. Sementara itu, Prabowo adalah tokoh militer yang menjadi bagian dari Orde Baru. Lantas, apa yang sebetulnya dilakukan Prabowo pada zaman tersebut?

Prabowo di Era Orde Baru

Sebagai pengingat, pada zaman Orde Baru, Prabowo menjabat sebagai Pangkostrad. Ia juga masih menjadi menantu dari Presiden Soeharto usai menikahi Titiek Soeharto. Dalam kerusuhan 1998, ia turut terlibat sehingga dimusuhi oleh Budiman.

Baca Juga: Gerindra Jawab Tuduhan Soal Food Estate, Singgung Pengkritik Para Pengurus Parpol

Adapun sejumlah kerusuhan yang melibatkan massa dan aparat keamanan terjadi sepanjang Mei 1998. Saat itu, tokoh politik Amien Rais sempat merencanakan aksi besar-besaran di kawasan Monas pada 20 Mei 1998, namun batal.

Diketahui, aksi unjuk rasa itu batal karena lobi dari Prabowo. Padahal, rakyat sudah sangat kesal dengan pemerintahan Soeharto dan bermaksud melengserkannya. Meski demonstrasi dibatalkan, namun Soeharto tetap mundur pada 21 Mei.

Menyikapi situasi nasional saat itu, sebuah rapat tertutup di Gedung Departemen Pertahanan pun digelar. Dalam kesempatan ini, Panglima ABRI Jenderal Wiranto dan Kepala Staf Teritorial Letjen Susilo Bambang Yudhoyono juga turut hadir.

Wiranto menyatakan bakal tetap mempertahankan pemerintahan yang sah karena tidak ingin mengorbankan rakyat. Meski pemerintah goyah, katanya ABRI akan tetap bertahan. Adapun posisi Soeharto saat itu digantikan oleh B.J. Habibie.

Selang satu hari, sekitar pukul 06.10 WIB, Habibie menunjuk Wiranto sebagai Menhankam/Pangab. Sementara itu, ia menganggap Prabowo selaku Pangkostrad, berupaya melancarkan rencananya sendiri untuk menggerakkan pasukan.

Baca Juga: Partai Golkar dan PAN Merapat ke Prabowo Subianto, Sekjen PDIP: Kami Tak Pernah Ikut Campur

Dalam buku Detik-Detik Yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi karya Habibie, Wiranto meminta petunjuk soal rencana Prabowo. Atas dasar itu, Habibie menyebut Prabowo bertindak tanpa sepengetahuan Pangab.

Habibie pun setuju mencabut jabatan Prabowo sebagai Pangkostrad. Setelahnya, Prabowo diminta menghadap Habibie untuk melepaskan jabatannya pada 23 Mei 1998. Namun, Prabowo sempat berdebat terkait pencopotan itu.

Ia juga menyebut pencopotan itu merupakan bentuk penghinaan kepada dirinya sebagai menantu Soeharto. Prabowo pun menilai Habibie sudah salah paham dengan pergerakan pasukan Kostrad yang sebelumnya dilaporkan Wiranto.

Prabowo menjelaskan langkah itu dilakukan untuk mengamankan presiden karena jumlah massa sangat besar. Ia pun menambahkan bahwa Habibie adalah kepala negara yang naif. Kemudian, dirinya pun resmi dibebaskan dari dinas kemiliteran.

Kata Prabowo
Prabowo Subianto mengakui bahwa dirinya dulu memang bagian dari rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Meski begitu, ia mengaku mendukung gerakan Reformasi pada 1998, yang mana berhasil memaksa Soeharto mundur.

Ia menyebut Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra merupakan salah satu saksi kunci terkait dirinya yang mendukung Reformasi. Prabowo mengatakan adaa banyak cerita dirinya dan Yusril sepanjang zaman tersebut yang tak terungkap ke publik.

"Beliau (Yusril) juga saksi Prabowo Subianto walaupun bagian dari Orde Baru pun mendukung Reformasi," ujar Prabowo usai menerima dukungan dari PBB sebagai capres di ICE BSD City, Tangerang, Minggu (30/7/2023).

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI