Dan ternyata, buruknya kualitas udara di Jakarta tak hanya merongrong tubuh Udin, namun pendapatannya berjualan cakwe juga ikut terdampak. Gegara udara kotor bikin sesak, orang-orang terutama yang bekerja di kantoran enggan ke luar ruangan untuk membeli makanan di pinggir jalan.
Ia mengaku, banyak pembeli pada pagi hari di Jalan MH Thamrin. Biasanya para pekerja yang hendak berangkat kantor. Namun makin ke sini, Udin merasa jumlah pembeli yang biasa menghampiri gerobak cakwenya makin berkurang.
“Omset turun kayaknya sampai 20 persen lah kurang lebih. Biasanya ramai jam-jam pagi, jam orang berangkat kerja, buat sarapan kan, sekarang lebih sedikit,” ujar Udin.
Debu Jakarta Bikin Ayah Suhel Pingsan
Hal yang sama juga dirasakan oleh Suhel (17). Ia sehari-hari mengayuh sepeda ontel menyusuri Jalan Sudirman hingga MH Thamrin untuk menjajakan minuman.
Pemuda yang biasa disebut sebagai pedagang starling alias starbak keliling itu mengaku akhir-akhir ini gampang dilanda batuk. Meski demikian, Suhel mengatakan dirinya tidak terlalu mengetahui soal memburuknya kualitas udara, tetapi dia merasakan udara yang lebih berdebu dan panas.
“Sekarang di sepanjang jalan rasanya berdebu banget, terus panas banget juga,” ucap Suhel sembari menarik nafas merasakan rasa sesak.
Meski mengalami batuk pada beberapa waktu belakangan, Suhel tidak ambil pusing. Jangankan berobat, minum obat saja enggak. Bukan tidak mau, tapi karena ia tak memiliki sarana berobat gratis alias BPJS.
"Uang nggak ada kalau harus istirahat tak jualan," ucapnya.
Baca Juga: Keluhkan Polusi Udara Jakarta, Ketua DPRD DKI: Cucu Saya Kena ISPA, Semalam Masuk RS Bintaro
Ternyata tak cuma Suhel, sesak nafas juga turut dirasakan ayahnya. Bahkan, sakitnya disebut lebih parah.