Suara.com - Penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap masih marak di Indonesia. Hal ini pula yang kemudian diduga menjadi dalang dari kotornya udara Jakarta, karena ada beberapa PLTU seperti PLTU Banten yang penggunaan batu baranya terbilang besar. Namun sebenarnya apa dampak pembakaran batu bara secara lebih spesifik?
Batu bara memang dikenal sebagai salah satu bahan bakar yang diandalkan untuk berbagai hal, salah satunya adalah pembangkit listrik. Namun demikian terdapat dampak buruk yang sejatinya telah diketahui banyak orang, namun tidak cukup menjadi alasan untuk berpindah ke sumber tenaga alternatif.
Mulai dari Proses Penambangannya
Belum sampai pada penggunaan batu bara sebagai sumber tenaga PLTU, penambangan batu bara sendiri secara umum dilakukan dengan kegiatan yang cenderung merusak lingkungan. Proses penambagannya dilakukan dengan membabat hutan dan menggali tambang, sehingga dapat mencemari air, tanah, dan udara.
Baca Juga: Pro Kontra Kereta Cepat Jakarta Bandung, Kini Jokowi Ingin Beri Subsidi
Lingkungan yang rusak akibat penambangan ini butuh waktu lama untuk pulih dan kembali menjalankan perannya. Sementara itu, laju penambangan yang dilakukan sangat cepat, sehingga mungkin saja lingkungan belum mampu meregenerasi diri dengan baik.
Polusi yang terjadi akibat penambangan ini tidak hanya pada tanah saja, namun juga pada air dan udara di area tambang yang dibuka karena kegiatan ini juga membutuhkan dukungan alat berat, mesin, dan berbagai hal lain yang menghasilkan limbah.
Pembakaran Batu Bara
Setelah berhasil didapatkan dan diolah hingga siap digunakan, batu bara akan melepaskan sejumlah zat ketika dibakar. Zat ini salah satunya adalah sulfur dalam bentuk gas belerang dioksida, atau biasa dikenal dengan SO2.
Batu bara yang dibakar juga akan menghasilkan karbon hitam dalam jumlah yang banyak, dan menjadi salah satu bahan bakar paling kotor yang ada saat ini. Partikel hasil dari pembakaran batu bara dapat masuk ke paru-paru, dan menyebabkan penyakit penafasan.
Dalam salah satu laporan disebutkan pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi menghasilkan zat radioaktif 100 kali lebih banyak daripada pembangkit listrik tenaga nuklir. Belum lagi jika limbahnya tidak dibuang dan diolah dengan proses khusus sehingga dampak lingkungannya lebih kecil.
Kondisi udara di Jakarta sendiri hingga saat ini tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan. Memang, hal ini mungkin tidak lepas dari dampak pembakaran batu bara yang dilakukan pada PLTU sekitar. Meski demikian, hal ini telah dibantah oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang mengklaim aktivitas PLTU bukan penyebab polusi udara di Jakarta.
Namun demikian harus dipahami juga bahwa polusi udara di Jakarta juga adalah hasil dari kegiatan masyarakat secara luas. Perubahan kecil secara bersama-sama dapat membantu mengurangi kondisi buruk ini.
Itulah penjelasan mengenai dampak pembakaran batu bara yang perlu diketahui.
Kontributor : I Made Rendika Ardian