Siapa Itu Faisal Basri? Sosok yang Berani 'Kuliti' Jokowi Soal Hilirisasi Nikel

Ruth Meliana Suara.Com
Sabtu, 12 Agustus 2023 | 19:57 WIB
Siapa Itu Faisal Basri? Sosok yang Berani 'Kuliti' Jokowi Soal Hilirisasi Nikel
Faisal Basri. [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Debat panas antara Presiden Jokowi dengan Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri, menjadi sorotan. Ini setelah keduanya terlibat silang pendapat mengenai keuntungan hilirisasi nikel.

Dalam adu argumen tersebut, Faisal berpandangan bahwa program kebanggan Presiden Jokowi itu hanyalah menguntungkan pihak lain, yakni China. Sementara Presiden Jokowi menyanggah dan mengungkap tingginya keuntungan negara dari hilirisasi nikel.

Lantas, seperti apakah profil Faisal Basri, sosok yang berani debat Jokowi soal nikel? 

Profil Faisal Basri

Baca Juga: Panas! Debat Faisal Basri vs Jokowi Soal Hilirisasi Nikel: Para Menteri Bela Presiden

Nama Faisal Basri sebelumnya sudah terkenal sebagai aktivis, politikus sekaligus pengamat ekonomi. Meskipun sibuk dengan aktivitasnya, ia tetap menjadi tenaga pendidik di mata kuliah Ekonomi Politik.

Faisal Basri lahir di Bandung pada 6 November 1959. Ia menghabiskan masa kecilnya di Bandung sampai umur 6 tahun, sebelum akhirnya pindah ke Jakarta.

Di ibu kota, ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di sana. Pendidikannya kemudian berlanjut ke jenjang SMA, yakni di SMA Negeri 3 Jakarta.

Ia kemudian mengambil pendidikan S1 di Universitas Indonesia. Di sanalah sosoknya mulai aktif dalam kegiatan sosial. Terlebih pada Orde Baru bergejolak, Faisal semakin terjun jauh ke berbagai organisasi.

Faisal lantas mengawali kariernya pada 1981 sebagai peneliti dengan pangkat terendah, yakni Junior Research Assistant di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM). Ia mendapatkan gaji 60.000 rupiah per bulan dari jabatan itu.

Baca Juga: Momen Ari Lasso Gigit Jari saat Salah Tapping Gate LRT Jabodebek Bareng Jokowi

Sampai akhirnya pada tahun 1991, ia dipercaya menjabat sebagai wakil direktur. Lalu dua tahun kemudian, ia diangkat menjadi  direktur.

Pada tahun yang sama, Faisal Basri juga mendapatkan kesempatan untuk menjadi dosen di Fakultas Ekonomi UI. Di sana ia mengajar mata kuliah baru, yakni Ekonomi Politik.

Faisal Basri tercatat pernah diminta menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas pada 2014 oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Ia diberi tuga untuk mereformasi tata kelola minyak dan gas (migas).

Salah satunya dengan memberantas mafia migas yang bersarang di sektor energim serta menata ulang kelembagaan agar bisa bekerja secara optimal. Namun sayang, Faisal Basri tidak bertahan lama mengemban jabatan itu. Pasalnya, ia merasa terbatas dalam ruang geraknya.

Hal itu membuat Faisal Basri memilih untuk keluar dari tim tersebut. Kendati demikian, ia tetap diminta membantu Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti pada 2015. Kala itu, ia ditugaskan untuk memberantas mafia ikan alias anti illegal fishing.

Sementara di dunia politik, Faisal Basri pernah mencalonkan diri sebagai gubernur DKI lewat jalur independen pada Pilgub 2012. Saat itu ia dipasangkan dengan Biem Benyamin, putra dari tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb. 

Dalam Pilgub itu, Faisal Basri bersaing melawan pasangan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Namun sayang, ia kalah dari pasangan Jokowi-Ahok.

Meskipun belum beruntung, Faisal Basri tidak berdiam diri. Ia tetap aktif mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai tak pro rakyat, serta berbau korupsi.

Bahkan pada saat ia masuk ke dalam lingkaran penguasa, Faisal Basri tetap berusaha kritis. Hal itulah yang menjadikan namanya disegani di kalangan masyarakat.

Kontributor : Syifa Khoerunnisa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI