Suara.com - Pandangan orang bahwa hidup jadi seorang anak presiden sudah tentu enak, ternyata belum tentu. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sudah merasakan, menilai tidak hanya enak semata melainkan juga memiliki beban.
Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mengaku tidak pernah membayangkan bahwa kelak ayahnya bakal menjadi Presiden ke-6 RI dan dirinya pun turut merasakan hidup di Istana.
Menurut AHY, hidup di Istana kadangkala menyulitkan. Terlebih bagi sesorang yang memiliki privasi.
"Menjadi anak presiden di satu sisi adalah suatu anugerah, tapi di sisi lain memberikan beban moril untuk menjaga martabat, kehormatan, dan nama baik keluarga," kata AHY dalam sambutan saat Peluncuran Buku Tetralogi Transformasi AHY di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2023).
Baca Juga: Yenny Wahid Dukung AHY Jadi Cawapres Anies: Saling Mendoakan
Tidak sendirian, AHY menyinggung sejumlah nama anak mantan presiden yang menurutnya turut merasakan selama hidup di Istana dan di bawah bayang-bayang anak presiden.
"Saya yakin, ada Mbak Yenny Wahid di sini yah, Mbak Yenny Wahid, Mas Ilham Habibi, dan juga Mbak Puan Maharani tadi juga merasakan hal yang sama," ujar AHY menyebutkan nama-nama yang hadir dalam peluncuran bukunya.
Terlepas dari putra seorang presiden, AHY tetap seorang anak bagi kedua orang tuanya. Menurut AHY, sebagai anak, tentu dia termasuk yang ingin hidupnya lebih baik dari kedua orang tuanya.
Tetapi diakuinya, SBY dan mendiang ibunya, Ani Yudhoyono tidak pernah membebankan masa depan kepada AHY.
"Mereka tidak pernah meminta saya untuk menjadi apapun, apakah itu menjadi pilot, insinyur, jenderal, gubernur, menteri, atau presiden. Saya tahu sebagaimana manusia biasa," tutur AHY
Baca Juga: Berdiri Sejajar dengan Anies-AHY, Yenny Wahid: Ini Pasangan Paling Pas, Paling Top
AHY berujar semua orang tua pasti punya harapan terhadap anaknya, meskipun tidak terucapkan. Adapun harapan orang tua, kata AHY, terkadang berbeda dengan keinginan anak. Hal itu yang sulit dipungkiri, terjadi kepada AHY.
"Tapi mereka selalu mendukung apapun keputusan saya," kata AHY.
Tidak sekadar mendukung, diakui AHY, baik SBY maupun Ani tetap membimbing AHY apapun keputusan yang diambil.
"Orang tua saya hanya mengarahkan dan membimbing, 'Gus kalau begini, nanti begitu. Kalau A maka konsekuensinya B. Pilihannya ada pada kamu'," tutur AHY mengulang pesan kedua orang tuanya.
Contoh keputusan yang diambil AHY dan kemudian didukung SBY dan Ani adalah ketika AHY mengubah jalan kariernya, dari yang sebelumnya di dunia militer, AHY perlahan tapi pasti memulai karier di dunia politik.
AHY mengakui perbedaan kedua dunia tersebut. Yang satu penuh dengan keteraturan dan satunya kahi juatru penuh dengan kejutan dan ketidakpastian.
"Hikmahnya Pilkada DKI Jakarta 2016, saya dan Mas Anies menjadi pelaku sejarah, Pilkada DKI Jakarta 2016 menjadi kawah candradimuka, bukan hanya bagi saya, tapi juga bagi keluarga kecil saya," kata AHY.