Tuntut Cabut Omnibus Law, Massa Buruh Mulai Gelar Aksi Menuju Kantor ILO

Kamis, 10 Agustus 2023 | 12:14 WIB
Tuntut Cabut Omnibus Law, Massa Buruh Mulai Gelar Aksi Menuju Kantor ILO
Massa buruh mulai melangsungkan aksi unjuk rasa dengan berjalan kaki menuju kantor ILO, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2023). (Suara.com/Dea)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Massa aksi buruh menghampiri kantor International Labour Organization (ILO) sebelum menggelar unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat.

Mereka terpantau berjalan kaki dari Patung Kuda menuju Menara Thamrin tempat ILO berkantor di Jakarta.

Massa aksi terlihat membawa spanduk dan poster saat berjalan bersama menuju Menara Thamrin.

"Cabut Omnibus Law Cipta Kerja, Buruh Jadi Sengsara, Oligarki Semena-mena," demikian tulisan pada spanduk yang mereka bawa, Kamis (10/8/2023).

Baca Juga: Tuai Pro Kontra, Ketum PB IDI Bicara soal Disahkannya RUU Kesehatan Jadi UU Kesehatan

Rencananya, ILO akan menjadi titik kumpul para peserta aksi sebelum melakukan unjuk rasa di Patung Kuda.

Diketahui, Aliansi Aksi Sejuta Buruh (AASB) dan Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) menggelar unjuk rasa hari ini. Aksi ini digelar di depan Gedung Mahkamah Konstitusi dan Istana Negara.

AASB dan Gebrak akan menuntut pemerintah mencabut Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Omnibus Law Cipta Kerja beserta Peraturan Pemerintah di bawahnya.

Presiden Aliansi Aksi Sejuta Buruh (AASB)  Jumhur Hidayat saat konferensi pers persiapan aksi unjuk rasa di sepanjang Jalan Sudirman-MH Thamrin di Sekretariat Bersama AASB, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (8/8/2023). (Suara.com/Dea)
Presiden Aliansi Aksi Sejuta Buruh (AASB) Jumhur Hidayat saat konferensi pers persiapan aksi unjuk rasa di sepanjang Jalan Sudirman-MH Thamrin di Sekretariat Bersama AASB, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (8/8/2023). (Suara.com/Dea)

Dalam keterangan yang didapatkan Suara.com, Gebrak juga membawa tuntutan lain yaitu pencabutan terhadap UU yang dianggap bertentangan dengan konstitusi seperti UU Mineral dan Batubara (Minerba), KUHP, UU Ibu Kota Negara (IKN), UU Pertanian, UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), serta UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

"Cabut Permenaker Nomor 5 Tahun 2023 tentang penyesuaian waktu kerja dan pengupahan pada perusahaan industri padat karya tertentu berorientasi ekspor yang terdampak perubahan ekonomi global," demikian pernyataan Gebrak, dikutip pada Kamis (10/8/2023).

Baca Juga: 6 Poin Problematik RUU Kesehatan Bikin Nakes Ancam Mogok Kerja: Rentan Dikriminalisasi?

Selain itu, mereka juga menolak Bank Tanah dan meminta penghentian liberalisasi agraria dan perampasan tanah. Kemudian, Gebrak juga menuntut agar tidak ada pembungkaman ruang demokrasi di lingkungan akademik.

Tuntutan lainnya ialah agar represifitas dan kriminalisasi terhadap gerakan rakyat di semua sektor masyarakan bisa dihentikan.

Di sisi lain, AASB menuntut agar Presiden Joko Widodo mencabut UU Cipta Kerja, UU Kesehatan, UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, dan mewujudkan jaminan sosial semesta sepanjang hayat.

Presidium AASB Jumhur Hidayat mengatakan ketiga undang-undang tersebut mengabaikan kesejahteraan rakyat, khususnya kaum buruh.

"Kami berkeyakinan bahwa berbagai UU tersebut adalah antikonstitusi, bahkan anti-Pancasila sehingga perlu mendapat koreksi fundamental," kata Jumhur di Sekretariat Bersama AASB, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (8/8/2023).

Untuk itu, lanjut dia, AASB menghimpun sekitar 40 organisasi buruh untuk melakukan aksi. Sebab, Jumhur menilai upaya dialog, hingga hukum di Mahkamah Konstitusi tidak mewujudkan tuntutannya.

"Kami menggelar Aksi Akbar Buruh Ultra Damai 10 Agustus 2023 secara besar-besaran ini dengan suatu keyakinan bahwa Presiden RI mau mendengarkan dan merasakan denyut nadi keresahan rakyat, khususnya kaum buruh Indonesia sehingga mau mencabut UU yang antikonstitusi dan anti-Pancasila itu," tutur Jumhur.

Rencananya, peserta aksi akan memenuhi Jalan Jenderal Sudirman hingga MH Thamrin dengan estimasi massa mencapai satu juta peserta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI