Suara.com - Peringatan kemerdekaan 17 Agustus bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya lomba pembacaan puisi kemerdekaan 17 Agustus. Dengan tema acara yang spesifik, peserta bisa mempersiapkan diri.
Sudah ada banyak contoh puisi kemerdekaan 17 Agustus yang dibuat oleh penyair Indonesia. Di bawah ini, kumpulan puisi kemerdekaan 17 Agustus dari para penyair Indonesia. Kamu bisa menjadikan karya sastra di bawah ini sebagai inspirasi untuk menciptakan puisimu sendiri.
Diponegoro
Karya: Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Padang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
Baca Juga: Ini Cara Dapat Tiket Upacara 17 Agustus di Istana Negara, Segera Daftar Sebelum Kuota Penuh!
Puisi Chairil Anwar di atas merupakan puisi yang mengekspresikan perjuangan melawan penjajahan. Chairil Anwar mengambil seorang tokoh bernama Diponegoro, seorang pangeran yang dengan gagah berani melawan penjajah dengan senjata berupa pedang dan keris. Walaupun lawannya menggunakan senjata api, ia tidak pantang menyerah.
Selain puisi Chairil Anwar yang mengekspresikan perjuangan meraih kemerdekaan 17 Agustus, ada juga puisi dari pengaran bernama Asty Kusumadewi yang mengekspresikan perjuangan dan penjajahan yang telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Puisinya berjudul Hari itu, Bangsaku Bahagia mengekspresikan penderitaan meraih kemerdekaan berbunyi sebagai berikut.
Hari Itu, Bangsaku Bahagia
Karya: Asty Kusumadewi
Indonesia adalah negara kaya
Negara penuh budaya
Negara yang selalu jaya
Di setiap generasinya
Namun, ada kisah nyata di balik itu semua
Penjajahan di mana-mana
Perjuangan melawan penjajah durjana
Dengan semangat juang 45
Baca Juga: Contoh Amanat Pembina Upacara 17 Agustus di Sekolah
Pertumpahan darah di tanah air
Saksi bisu perjuangan bangsa
Dengan satu keinginannya
Tekad kuat untuk Merdeka!
Merdeka, Merdeka, Merdeka!
Hari Itu Bangsaku Bahagia
17 Agustus 1945
Indonesia merdeka dari segala sengsara dan lara
Dengan puisinya, Asty ingin agar pembaca menghargai kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah tersebut dengan suka cita dan tidak melupakan sejarah perjuangan begitu saja. Selain Asty, ada pula penyair Sapardi Djoko Damono yang menceritakan kegembiraannya merasakan tanah air Indonesia yang telah merdeka.
Hari Kemerdekaan
Karya Sapardi Djoko Damono
Akhirnya tak terlawan olehku
Tumpah di mataku, di mata semua sahabat-sahabatku
Ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera
Bendera kebangsaanku
Aku menyerah kepada kebanggaan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal
Tanah dimana kuerpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu
Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Semat getir yang menikam berkali
Makin samar
Mencapai puncak kepecahnya bunga api
Pecahya kehidupan kegirangan
Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah
Memandangi tepian laut
Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam kuat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan
Puisi ekspresif Sapardi Djoko Damono memiliki semangat yang sama dengan puisi Sitor Situmorang di bawah ini. Sitor mengekspresikan kegembiraan dengan kalimat pendek-pendek tetapi memiliki ruh yang meluap-luap semangatnya untuk menjaga kemerdekaan Indonesia.
Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari
Karya: Sitor Situmorang
Sederhana dan murni
Impian remaja
Hikmah kehidupan
berNusa
berBangsa
berBahasa
Kewajaran napas
dan degub jantung
Keserasian beralam
dan bertujuan
Lama didambakan
menjadi kenyataan
wajar, bebas
seperti embun
seperti sinar matahari
menerangi bumi
di hari pagi
Kemanusiaan
Indonesia Merdeka
17 Agustus 1945
Demikian itu contoh dan rekomendasi bacaan puisi Kemerdekaan 17 Agustus.
Kontributor : Mutaya Saroh