Suara.com - Husein Ja'far Al Hadar atau yang lebih dikenal dengan nama Habib Ja'far, bercerita dirinya sempat terbebani dengan gelar habib. Hal ini membuatnya tidak pernah nakal saat kecil. Pernyataan itu ia ungkap saat menghadiri sebuah acara di Metro TV.
Cerita itu rupanya ditanggapi dengan candaan oleh budayawan Sujiwo Tejo, di mana sosoknya menjadi salah satu panelis dalam acara tersebut. Ia menyatakan tidak mau mendengarkan ceramah Habib Ja'far lagi karena ia tidak mengetahui pahit getirnya dunia.
"Dulu saya mendengarkan habib, sekarang kayaknya enggak karena (habib) enggak pernah nakal, karena enggak tahu pahit getirnya dunia," kata Sujiwo Tejo bercanda, mengutip tayangan di kanal Youtube Metro TV, Jumat (4/8/2023).
"Kalau gitu enggak pernah nyolong mangga, ayam tetangga? Gimana mau berdakwah," lanjutnya.
Baca Juga: Tahu Masa Kecil Habib Ja'far, Sujiwo Tejo Jadi Ogah Dengar Ceramahnya Lagi
Lantas, seperti apa masa kecil Habib Ja'far? Apa saja yang ia lakukan hingga tak pernah berbuat nakal dan berakhir menjadi seorang pendakwah? Berikut rangkumannya, rekam jejak sang habib dari usianya masih anak-anak sampai dewasa.
Rekam Jejak Habib Ja'far dari kecil hingga besar
Habib Ja'far tercatat sebagai keturunan ke-38 dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini diperkuat dengan catatan Rabithah Alawiyah, sebuah lembaga khusus yang mendata keturunan langsung sang Rasul. Meski begitu, ia mengaku sempat merasa terbebani.
Ia mengatakan bahwa masa kecilnya terasa lebih memiliki beban ketimbang anak-anak seusianya. Terlebih, untuk urusan yang sedikit nakal. Misalnya saja, Habib Ja'far tidak diperbolehkan nongkrong di luar usai salat Tarawih karena harus menjadi panutan.
Untuk jenjang sekolah dasar (SD), ia diketahui mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Bangil, Jawa Timur. Namun, ketika SMP dan SMA, Habib Ja'far menjalaninya di sekolah negeri. Saat itu, ia mengaku kerap mengalami bullying atau perundungan.
Baca Juga: Profil Sujiwo Tejo: Budayawan Kritis Dengan Gaya Nyentrik
Hal tersebut terjadi lantaran wajah dan latar belakangnya sebagai keturunan Arab. Habib Ja'far menceritakan dulu rambutnya yang keriting dikatai mirip kambing. Ia sampai berpikir mengapa harus terlahir sebagai orang Arab saking tak tahannya dengan bullying.
Saat remaja, Habib Ja'far bahkan tidak mengalami masa berpacaran dan menikmati malam minggu bersama kekasih. Hari libur itu ia pakai untuk menonton serial kartun Dragon Ball. Ia juga mengaku sempat bingung dengan pria yang mengapel wanita.
Sementara untuk musik, ia mengaku tumbuh bersama lagu-lagu Emha Ainun Nadjib, Iwan Fals, hingga Bob Marley. Habib Ja'far juga bercerita dirinya menyukai film tentang kebebasan berjudul The Shawshank Redemption yang dirilis pada 1994.
Setelah mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah, ia melanjutkannya ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Habib Ja'far pun lulus dengan gelar Sarjana Filsafat Islam. Lalu, ia mengambil program S2.
Studi magister yang ia ambil adalah jurusan Tafsir Qu’ran di kampus sama. Selain itu, Habib Ja'far juga tercatat menjabat sebagai Direktur Akademi Kebudayaan Islam Jakarta dan Aktivis di Gerakan Islam Cinta. Ia bahkan turut berkarier sebagai seorang penulis.
Diketahui karya-karya Habib Jafar adalah Islam Mahzab Fadlullah, Anakku Dibunuh Israel hingga Tuhan Ada di Hatimu. Sementara cara berdakwahnya terbilang unik karena memanfaatkan teknologi. Misalnya saja, dengan membuat kanal Youtube.
Melalui kanal bernama 'Jeda Nulis', Habib Ja'far membagikan konten dakwah yang tidak kaku dan kekinian. Tujuannya untuk menarik anak-anak muda agar mau memperdalam ilmu agama Islam. Ia bahkan berkolaborasi dengan sejumlah tokoh publik lain.
Habib Ja'far sendiri memiliki karakter tersendiri dalam menyampaikan nilai-nilai Islam kepada anak muda. Ia juga aktif membuat konten video singkat di Instagram. Pembahasannya umum, namun dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti