Dalam pasal 302 RKUHP disebutkan bahwa pelaku penista agama terancam hukuman penjara hingga 5 tahun. Bahkan sanksi denda juga turut membayangi pelaku penista agama.
"Setiap Orang Di Muka Umum yang:
a. melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan;
b. menyatakan kebencian ataupun permusuhan; atau
c. menghasut untuk melakukan permusuhan, Kekerasan, atau diskriminasi, terhadap agama, kepercayaan, orang lain, golongan, atau kelompok atas dasar agama atau kepercayaan di Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak kategori V," Begitulah bunyi pasal 302 RKUHP draf tertanggal 4 Juli 2022.
Pasal selanjutnya juga mengatur tentang pelaku atau penodaan agama lewat teknologi informasi. Pelaku tindak pidana ini terancam hukuman penjara maksimal selama lima tahun.
Tak hanya itu, ada juga ancaman hukuman bagi orang yang dengan sengaja mengajak orang lain untuk tidak beragama. Pelaku tindakan ini terancam hukuman penjara selama dua tahun. Dan apabila disertai dengan tindak kekerasan, maka pelaku akan mendapatkan hukuman lebih berat.
"Setiap Orang yang dengan cara Kekerasan atau Ancaman Kekerasan memaksa seseorang untuk menjadi tidak beragama atau berkepercayaan atau berpindah agama ataupun kepercayaan yang dianut di Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling banyak kategori IV," bunyi dari pasal 304 RKUHP.
Lebih lanjut, penodaan agama sudah diatur melalui KUHP yang berlaku hingga saat ini. Adapun turan itu tertuang di dalam pasal 156a KUHP.
Baca Juga: Beredar Video Panji Gumilang Terdiam Dicecar Buya Yahya, Benarkah?
Nah itulah tadi penjelasan terkait hukum penistaan agama mulai dari pasal hingga sanksi yang ditetapkan. Semoga bermanfaat!