Suara.com - Duka cita kini menyelimuti para keluarga 8 penambang emas Banyumas yang terjebak di lubang galian sejak Selasa (25/7/2023).
Keluarga kini harus merelakan kepergian kedelapan penambang tersebut lantaran Tim SAR menutup operasi pada Selasa (1/8/2023) setelah sepekan bersusah payah menyelamatkan para penambang.
Tim SAR kini telah menilai bahwa sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan di lubang tambang tersebut.
"Sudah tidak efektif karena sudah hari ketujuh. Tanda-tanda korban meninggal sejak hari pertama sudah ada" kata Adah Sudarsa, Kepala Basarnas Cilacap sekaligus SAR Mission Coordinator, Selasa, (1/8/2023).
Saudara kembar sempat berfirasat buruk soal kepergian sang penambang
Salah satu dari 8 penambang tersebut adalah Muhammad Rama Abdul Rohman (38), warga Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang jauh merantau ke Banyumas untuk menambang.
Saudara kembar Rohman, Romi Abdul Rohim menceritakan bagaimana pertemuan terakhir kalinya dengan sang kembaran.
Kala itu, Rohman berpamitan kepada Rohim untuk pergi Banyumas untuk ikut menambang emas. Rohim melihat gelagat yang tak biasa dari Rohim, yakni mengajaknya berfoto.
Rohim kepada wartawan Jumat (28/7/2023) mengaku bahwa dirinya merasakan ada hal yang aneh kala saudara kembarnya tersebut mengajak mengambil gambar.
Baca Juga: Evakuasi 8 Penambang Emas di Banyumas, Tim SAR: Tanda-tanda Korban Meninggal Sudah Ada
Ternyata, foto tersebut menjadi foto terakhir Rohim dan Rohman bersama.
Penjual mi ayam mengadu nasib jadi penambang, berakhir tragis
Korban lainnya yakni Ajat Sudrajat (29) yang juga merupakan warga Bogor. Ajat sebelumnya merupakan seorang penjual mi ayam yang akhirnya memilih untuk banting setir menjadi seorang penambang emas.
Ahad (54), ayah Ajat menceritakan pekerjaan sang anak sebelum menambang di Banyumas.
Ajat menjual mi ayam menggunakan gerobak dorong dan menjajakan dagangannya dari satu tempat ke tempat lain. Sayangnya, penjualan Ajat senantiasa stagnan dan tak menunjukkan peningkatan.
Ajat juga tinggal di daerah dengan kesempatan kerja yang cukup sempit, lantaran lapangan pekerjaan tak begitu banyak. Enen (55), kerabat Ajat menceritakan bahwa warga sekitar biasa merantau ke Jakarta, Bogor, Jambi, hingga Lampung.
Akhirnya, Ajat memilih untuk mengundi nasib ke Banyumas sebagai seorang penambang emas.
Nahas, pilihan Ajat tersebut berujung ke tragedi yakni ia terjebak bersama 7 penambang di sebuah lubang galian yang sempit tanpa oksigen dan perlengkapan memadai.
Keluarga dan tetangga Ajat di Kampung Gunung Leutik, Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor akhirnya menggelar tahlilan untuk mengenang sang penambang.
Kontributor : Armand Ilham