Suara.com - Pernyataan Zein Assegaf atau Habib Kribo saat menghadiri acara on air salah satu stasiun televisi swasta pada Selasa (1/8/2023) menjadi sorotan. Habib Kribo mengungkap dirinya pernah dipolisikan ke Polda Sulawesi Selatan karena dianggap melakukan penistaan agama.
Namun, ia membantah tuduhan tersebut. Bahkan dalam pernyataannya, Zein Assegaf tampak membanggakan gelar habib yang disandangnya.
"Ini saya lagi dilaporkan ke polisi di Makassar. Saya katanya dibilang penista agama. Maaf, jelek-jelek begini saya pun Habib. Enggak akan pernah saya jual agamanya Rasulullah," ungkap Habib Kribo dalam acara berjudul "Catatan Demokrasi".
Habib Kribo sendiri pernah menyebut dirinya bukanlah habib karena sudah memiliki keturunan Indonesia. Padahal, ada beberapa kriteria bagi seseorang untuk mendapatkan gelar habib.
Baca Juga: Duduk Perkara Habib Kribo Ngaku Dipolisikan Atas Kasus Penistaan Agama
Lalu, bagaimana seseorang bisa memiliki gelar habib? Simak inilah selengkapnya.
Beberapa ulama atau tokoh agama di Indonesia sudah akrab dengan sapaan "Habib". Sebut saja seperti Habib Rizieq, Habib Bahar, bahkan Habib Ja'far yang kerap muncul di media sosial karena disebut sebagai "habib milenial".
Sebutan habib ini sempat diungkap oleh organisasi pencatatan sejarah Rasulullah, Rabithah Alawiyah. Menurut penuturan mereka, sebutan habib sendiri berasal dari kata habaib hang berarti adalah keturunan Rasulullah yang dicintai.
Hal ini yang membuat setiap orang yang disebut habib sering dianggap orang yang "suci" dan dimuliakan. Namun, tidak semua orang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad atau Rasulullah adalah habib.
Sebutan habib sendiri biasanya disematkan kepada seseorang yang bisa menjadi teladan baik bagi banyak orang, terlebih lagi untuk seseorang yang berperan untuk menyebarkan dakwah dan ajaran-ajaran Islam.
Diketahui gelar habib sudah muncul di Indonesia sejak lama. Sejarah mencatat, sebutan habib ini mulai disematkan ke beberapa orang yang merupakan keturunan Rasulullah saat Imam Ahmad Bin Muhazir melakukan perjalanan ke daerah Asia Timur dan menyebar hingga ke Indonesia.
Penyebaran agama Islam melalui Wali Songo pun kini membuat sebutan habib ini semakin masif. Meskipun begitu, sebutan habib ini memang tidak boleh disematkan kepada seseorang yang diketahui sebagai keturunan Rasulullah.
Terlepas dari kontroversi yang muncul dari beberapa sosok "habib", sebutan ini biasanya melekat bagi seseorang yang dianggap sebagai tauladan dan panggilan akrab para jamaah atau orang yang meneladani mereka.
Oleh karena itu, banyak orang yang menyayangkan sebutan habib saat ini seringkali digunakan untuk memanggil seseorang yang dianggap "guru", namun tidak mencerminkan akhlak yang mulia.
Kontributor : Dea Nabila