Tradisi 10 Muharram di Indonesia dari Hidangan Khas, Membeli Perabot hingga Tidak Bersolek

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 26 Juli 2023 | 15:31 WIB
Tradisi 10 Muharram di Indonesia dari Hidangan Khas, Membeli Perabot hingga Tidak Bersolek
Tradisi 10 Muharram Di Indonesia (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sementara dalam tradisi Jawa Timur, peristiwa 10 Muharram ini akan ditandai dengan adanya bubur Asyura yang melambangkan kemenangan dan kesedihan. Bubur Suro atau bubur Asyura ini juga menjadi hidangan khas yang dibuat di beberapa daerah di Indonesia selain Jawa Timur.

Tak hanya itu, Menurut Ahmad Zarkasih dalam karya berjudul "Sejarah Kalender Hijriyah", tanggal 10 Muharram juga dianggap menjadi lebaran anak yatim.

Tradisi 10 Muharram dengan menyantuni anak yatim ini timbul juga berasal dari anjuran rasul. Berdasarkan Ahmad Zarkasih, banyak hadits-hadits tentang menyantuni anak yatim di tanggal 10 Muharram. Meskipun begitu hadist-hadist tersebut memang lemah alias dhaif.

3. Madura

Dikatakan sebagai lambang kemenangan, karena para Nabi telah menegakkan keadilan dan kebenaran. Seperti keselamatan dan kemenangan Nabi Nuh AS dari cengkraman badai dan ombak besar yang mengamuk di seluruh dunia serta kemenangan Nabi Ibrahim AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Ayyub AS, Nabi Ya'qub AS, Nabi Yunus AS, Nabi Zakariya AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Musa AS, dan para Nabi lainnya.

Selain itu, bulan Muharram juga merupakan awal mula Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya hijrah ke Madinah secara diam-diam kecuali Umar bin Khattab RA yang secara terang-terangan mengumumkan kepada bani Quraisy di atas bukit Shafa melalui jalur utama.

Pada akhir bulan Safar Nabi hijrah bersama dengan Abu Bakar Shiddiq RA, lalu disusul oleh Ali bin Thalib RA setelah berpura-pura tidur di atas tempat tidur nabi hingga akhirnya rombongan sampai ke Madinah pada bulan Rabi'ul Awal. 

Namun, dikatakan pula bulan Muharram sebagai lambang kesedihan, karena di bulan itu terjadi gencatan senjata pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Ada sejumlah 4.000 pasukan Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash yang menyerbu rombongan Al-Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib yang berkekuatan 72 orang, 32 prajurit berkuda, dan 40 orang pejalan kaki, selengkapnya terdiri dari anak-anak dan perempuan.

Baca Juga: Niat Puasa Asyura di Malam Hari dan Saat Terbit Fajar

Tragedi di Karbala itu menghitamkan sejarah Islam, karena cucu Nabi, keluarga, dan syuhada lainnya mati terbunuh. Pembunuhan kejam itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang berhati dzalim, dan Allah SWT menegaskan bahwa orang dzalim dikecam dan diancam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI