Tradisi 10 Muharram di Indonesia dari Hidangan Khas, Membeli Perabot hingga Tidak Bersolek

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 26 Juli 2023 | 15:31 WIB
Tradisi 10 Muharram di Indonesia dari Hidangan Khas, Membeli Perabot hingga Tidak Bersolek
Tradisi 10 Muharram Di Indonesia (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tahukah kalian ada tradisi 10 Muharram di Indonesia yang sangat menarik untuk diketahui? Tradisi hari Asyura itu sendiri sebenarnya tidak hanya dirayakan oleh umat Islam di Indonesia.

Peringatan Hari Asyura dirayakan oleh kaum Syiah di Karbala, Irak dengan ritual khusus. Dalam sejarah Islam, bulan Muharram memang tercatat peristiwa penting yang tidak bisa dilupakan, yaitu pada 10 Muharram atau dikenal dengan hari Asyura. Nah, apa saja tradisi 10 Muharram di Indonesia?

Tradisi 10 Muharram di Indonesia

1. Makassar

Baca Juga: Niat Puasa Asyura di Malam Hari dan Saat Terbit Fajar

Dilansir SuaraSulsel.id, pada Hari Asyura atau 10 Muharram di Makassar memiliki tradisi yang cukup unik, yaitu dengan membeli perabotan rumah tangga.

"Dari dulu, dari zaman nenek kami selalu beli timba dan lain-lain setiap 10 Muharram," ujar Yeni, salah satu pembeli kepada media.

Warga kota Makassar memborong perabot rumah tangga seperti gayung atau timba, panci, ember hingga baskom. Menariknya, mereka membeli tanpa menawar harganya.

Menurut warga, tradisi ini sudah turun temurun dilakukan masyarakat Makassar. Makna tradisi ini dipercaya dengan membeli perabotan penampung air pada 10 Muharram akan mendatangkan keberkahan.

"Saya tidak tahu jelas sejarahnya, tapi katanya akan mendatangkan berkah. Alat penampung air ini ibarat menampung rejeki kita," ungkapnya.

Baca Juga: Besok Puasa Apa? Ini Niat Puasa Tasua dan Keutamaannya Menghapus Dosa Masa Lalu

2. Jawa Timur

Sementara dalam tradisi Jawa Timur, peristiwa 10 Muharram ini akan ditandai dengan adanya bubur Asyura yang melambangkan kemenangan dan kesedihan. Bubur Suro atau bubur Asyura ini juga menjadi hidangan khas yang dibuat di beberapa daerah di Indonesia selain Jawa Timur.

Tak hanya itu, Menurut Ahmad Zarkasih dalam karya berjudul "Sejarah Kalender Hijriyah", tanggal 10 Muharram juga dianggap menjadi lebaran anak yatim.

Tradisi 10 Muharram dengan menyantuni anak yatim ini timbul juga berasal dari anjuran rasul. Berdasarkan Ahmad Zarkasih, banyak hadits-hadits tentang menyantuni anak yatim di tanggal 10 Muharram. Meskipun begitu hadist-hadist tersebut memang lemah alias dhaif.

3. Madura

Dikatakan sebagai lambang kemenangan, karena para Nabi telah menegakkan keadilan dan kebenaran. Seperti keselamatan dan kemenangan Nabi Nuh AS dari cengkraman badai dan ombak besar yang mengamuk di seluruh dunia serta kemenangan Nabi Ibrahim AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Ayyub AS, Nabi Ya'qub AS, Nabi Yunus AS, Nabi Zakariya AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Musa AS, dan para Nabi lainnya.

Selain itu, bulan Muharram juga merupakan awal mula Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya hijrah ke Madinah secara diam-diam kecuali Umar bin Khattab RA yang secara terang-terangan mengumumkan kepada bani Quraisy di atas bukit Shafa melalui jalur utama.

Pada akhir bulan Safar Nabi hijrah bersama dengan Abu Bakar Shiddiq RA, lalu disusul oleh Ali bin Thalib RA setelah berpura-pura tidur di atas tempat tidur nabi hingga akhirnya rombongan sampai ke Madinah pada bulan Rabi'ul Awal. 

Namun, dikatakan pula bulan Muharram sebagai lambang kesedihan, karena di bulan itu terjadi gencatan senjata pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Ada sejumlah 4.000 pasukan Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash yang menyerbu rombongan Al-Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib yang berkekuatan 72 orang, 32 prajurit berkuda, dan 40 orang pejalan kaki, selengkapnya terdiri dari anak-anak dan perempuan.

Tragedi di Karbala itu menghitamkan sejarah Islam, karena cucu Nabi, keluarga, dan syuhada lainnya mati terbunuh. Pembunuhan kejam itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang berhati dzalim, dan Allah SWT menegaskan bahwa orang dzalim dikecam dan diancam.

Dari sinilah, masyarakat Jawa dan Madura sangat berduka di bulan Muharram, sehingga perempuan tidak akan diperkenankan bersolek dan memperkuat ibadah dengan beragam amal kebaikan, seperti puasa, bermuhasabah, shadaqah, menyantuni anak yatim, hingga muncullah bubur Asyura di kalangan Nahdliyin. 

Beberapa peristiwa penting di atas bisa diambil pelajaran, supaya umat Islam dapat menghidupkan Asyura dengan berpuasa, bersedekah, berbuat amal shaleh pada 10 Muharram, karena sangat besar pahalanya.

Seperti itulah beberapa 

Kontributor : Rishna Maulina Pratama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI