Suara.com - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga melihat kunjungan Budiman Sudjatmiko ke kediaman Prabowo Subianto tidak sekedar kunjungan. Menurutnya kunjungan itu menyiratkan dukungan untuk Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
"Kader PDIP yang secara tersirat mendukung Prabowo Subianto kian bertambah. Sebelumnya dukungan itu dinyatakan Effendi Simbolon, sekarang giliran Budiman Sudjatmiko," kata Jamiluddin kepada wartawan, Kamis (20/7/2023).
Jamiluddin mengatakan penegasan Budiman semakin menguatkan adanya perpecahan di internal PDIP dalam mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Menurutnya kekinian kader senior PDIP semakin berani menunjukkan sikap berbeda dengan capres yang diputuskan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Ia menduga kader PDIP secara terbuka memberikan sikap berbeda dengan Megawati disebabkan dua hal. Pertama, sebagian kader senior sudah tidak lagi sepenuhnya mematuhi keputusan Megawati.
"Kelompok ini sudah dapat keluar dari belenggu superior Megawati. Karena itu, mereka dapat melihat keputusan Megawati lebih jernih dan kritis. Akibatnya, mereka tidak lagi mengaminkan semua keputusan Megawati, termasuk keputusan Ganjar Pranowo sebagai capres," tutur Jamiluddin.
![Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama Presiden Jokowi dalam Puncak Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/6/2023). [Dok. PDIP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/06/24/71824-ketum-pdi-perjuangan-megawati-soekarnoputri-bersama-presiden-jokowi.jpg)
Sebab kedua, diduga Jamiluddin lantaran muncul matahari kembar di PDIP. Dua matahari tersebut adalah Megawati dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Keberadaan matahari kembar itu mengakibatkan tingkat keloyalan kader terbagi, ada yang loyal ke Megawati tetapi ada pula yang loyal kepada Jokowi.
"Bisa jadi, kader PDIP yang tidak mendukung Ganjar lebih loyal ke Jokowi. Mereka lebih menunggu arahan Jokowi daripada mengikuti keputusan Megawati," kata Jamiluddin.
Nantinya, keberadaan matahari kembar itu bukan tidak mungkin melemahkan kepemimpinan Megawati di PDIP.
"Sebagian kader PDIP tidak lagi tegak lurus atas keputusan Megawati. Akibatnya mesin partai tidak maksimal mengamankan keputusan Megawati," kata Jamiluddin.
Baca Juga: Dipanggil PDIP Gegara Ulahnya Temui Prabowo, Budiman Sudjatmiko Santai: It's Oke, Biasa Saja
"Kalau hal itu benar terjadi, maka peluang Ganjar menang pada Pilpres 2024 akan kecil. Keinginan PDIP hattrick bisa jadi hanya tinggal mimpi," sambungnya.