Suara.com - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani mengajak juru kampanye (jurkam) muda pemenangan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 agar bersosialisasi dengan riang gembira dan penuh cinta.
Pernyataan itu disampaikan Puan saat menjadi pembicara penutup dalam kegiatan pelatihan jurkam Ganjar di Inews Tower, Jakarta Pusat pada Selasa (18/7/2023).
"Kita ini perlu membangun pemilu yang akan datang itu dengan fun, gembira, saling menyayangi, saling mencintai, intinya adalah kita bersaing untuk bersanding nantinya, bukan untuk memecah belah kita," kata Puan.
Ia mengatakan, jurkam Ganjar harus bisa melawan isu yang diembuskan pihak lawan untuk memecah belah anak bangsa.
Baca Juga: Putra Ganjar hingga Putrinya Puan Masuk Barisan Jurkam, Hasto: Satu Kesatuan Keluarga
Ketua DPR RI ini juga mengaku, tidak ingin kader partai pendukung Ganjar terpecah belah karena terprovokasi.
"Bikin pesta demokrasi lima tahunan kita gembira, saling bahagia," katanya.
Puan dalam kesempatan menyinggung soal tanggal pencoblosan Pemilu pada 14 Februari 2024. Sebelumnya, kata dia, sempat terjadi tarik-ulur penetapan tanggal pencoblosan.
Namun, karena semangat ingin pemilu yang menggembirakan, maka dipilihkan tanggal 14 Februari yang dikenal dengan Hari Valentine.
"Bukan Hari Valentinenya, (tapi penakanannya itu adalah) Hari Kasih Sayangnya. Saat pencoblosan itu kita saling menyayangi, menghargai, dan menghormati. Yang namanya hak rakyat siapa yang dipilih itulah yang kita harus hormati."
Baca Juga: Jadi Jurkam Ganjar Pranowo, Relawan Bolone Mase Justru Dorong Gibran Cawapres Prabowo Subianto
"Di situlah kita harus menyayangi semua orang yang masuk TPS. Kan, yang masuk TPS itu gratis. Bisa pilih a,b, dan c. Jangan di TPS itu berantam. Bahkan sampai adik, kakak, satu keluarga, saudara, satu grup bisa berantam. Hanya karena beda pilihan," ujarnya.
Lebih lanjut, ia meminta jurkam menyosialisasikan Ganjar dengan gaya khas anak muda di daerah masing-masing. Menurutnya, penting juga jurkam muda memiliki data dalam berkampanye.
"Kalau kita mau bicara tentang suatu hal, kita harus punya datanya. Kedua berani harus dikonfrontasi kalau kemudian pihak sebelah sana mempertanyakan ini benar atau enggak, kita harus punya data yang tepat," katanya.