Bubur Asyura di Bulan Muharram: Sejarah, Makna dan Cara Membuatnya

Jum'at, 14 Juli 2023 | 17:25 WIB
Bubur Asyura di Bulan Muharram: Sejarah, Makna dan Cara Membuatnya
Ilustrasi bubur - Bubur Asyura di Bulan Muharram: Sejarah, Makna dan Cara Membuatnya (pinterest)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada hari ke-10 bulan Muharram, umat Islam akan merayakan Hari Asyura yang ditandai dengan puasa sunnah. Salah satu tradisi lain yang dilakukan di hari ini adalah membuat bubur Asyura.

Bubur Asyura adalah bubur yang dibuat dengan berbagai macam bahan dan ramuan khusus untuk berbuka puasa pada hari itu. Memangnya, seperti apa sejarah bubur Asyura dan bagaimana resepnya? 

Sejarah Bubur Asyura

Bubur Asyura biasanya akan dimasak bersama, kemudian akan dibagi-bagi ke masjid maupun warga sekitar. Bahan untuk memasaknya juga akan dikumpulkan dari masing-masing orang sebelum akhirnya dimasak secara bersama.

Baca Juga: Tata Cara Mandi Wajib Sebelum Puasa Tasua dan Asyura Lengkap dengan Doa

Tradisi memasak bubur Asyura ini sudah membudaya karena mengandung makna filosofi yang kuat bagi umat muslim. 

Di hari ke-10 Muharram, umat Islam memang mempunyai tuntunan untuk menjalankan puasa sunnah. Namun, Hari Asyura ternyata juga diperingati dengan cara lain, yang paling terkenal adalah dengan membuat bubur Asyura. '

Bubur Asyura ini ternyata tidak hanya menjadi tradisi semata dalam menyambut Tahun Baru Islam, namun juga sarat akan makna. Tradisi memasak bubur Asyura adalah salah satu bentuk pengungkapan rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT. 

Menurut sejarah atau asal usulnya, bubur Asyura sudah ada sejak masa Nabi Nuh AS saat bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu. Dilansir dari berbagai sumber, dihikayatkan, bahwa tatkala perahu Nabi Nuh AS sudah berlabuh pada hari Asyura, beliau berkata kepada kaumnya: “kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!”. Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata: “(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)”.

Setelah itu, Nabi Nuh AS berkata: “pasaklah semua itu oleh kalian, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat”.

Baca Juga: Inilah Segudang Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram

Nah, dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian dan kejadian di atas adalah praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan.

Peristiwa itu kemudian dijadikan inspirasi sebagai kebiasan setiap hari Asyura. Dan sejak itu, tradisi memasak bubur Asyura dilakukan oleh kaum Muslim di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia. 

Cara Membuat Bubur Asyura

Rasa dari bubur Asyura bisa berbeda antar daerah, mengingat bahan yang digunakan juga lain. Ada bubur yang terbuat dari umbi-umbian, sehingga memberi cita rasa manis. Dan ada pula yang justru didominasi rasa gurih karena berbahan rempah-rempah dan daging.

Bubur Asyura selalu dimasak dalam porsi yang sangat besar, karena biasanya bubur ini akan disajikan ke masyarakat dalam satu desa. Bubur yang dimasak setiap satu tahun sekali ini dibuat dengan sekitar 44 macam bahan campuran, di antaranya adalah beras, ubi kayu, kentang, santan, ikan teri, ikan asin, daging ayam dan ramuan rempah-rempah lainnya.

Demikianlah ulasan lengkap mengenai bubur Asyura, mulai dari sejarah, makna hingga cara membuat.

Kontributor : Rishna Maulina Pratama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI