Suara.com - Hubungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang aman-aman saja diguncang isu perpecahan. Penyebabnya adalah Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno yang menyebut Prabowo bisa jadi 'di-SBY-kan' oleh Megawati.
Maksud pernyataan itu berkaitan dengan Ketum Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tak pernah satu pilihan politik dengan Megawati sejak tahun 2004 silam.
Simak penjelasan rekam jejak hubungan Prabowo dan Megawati dari awal karier, apakah bakal bernasib seperti SBY?
Rekam Jejak Hubungan Prabowo & Megawati
Baca Juga: Ada Kesan Menyinggung Ganjar, Pengamat Soroti Pernyataan Prabowo: Pilihannya Tepat
Prabowo dan Megawati pernah menjadi kawan maupun lawan. Hubungan keduanya mengalami pasang surut seiring dengan posisi politik masing-masing. Dikenal bersahabat, keduanya sudah dekat sejak dulu.
Meski pasang surut, persahabatan Prabowo dan Megawati tak lekang oleh waktu. Hubungan keduanya bahkan makin dekat sejak Prabowo masuk Kabinet Indonesia Maju.
Megawati pernah menceritakan tentang persahabatannya dengan Prabowo. Persahabatan itu dimulai ketika Megawati membantu Prabowo yang 'telantar' tanpa negara. Megawati yang saat itu jadi Presiden RI bahkan marah pada Menlu dan Panglima karena Prabowo dibiarkan stateless atau tak bernegara.
"Kenapa Pak Prabowo, sampai orang kayaknya bingung, kok saya bisa sobatan yang namanya Prabowo Subianto. Memangnya kenapa?" ujar Megawati pada 3 Desember 2019 lalu.
"Betul nggak Mas? Saya marah sebagai Presiden, siapa yang membuang beliau stateless? Ini saya bukan cari nama. Tanya kepada beliau. Tidak. Saya marah pada menlu. Saya marah pada panglima. Apa pun juga, beliau manusia Indonesia pula. Beri dia. Begitu itu tanggung jawab," sambungnya.
Baca Juga: Beda Gaya Pidato Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto di Rakernas Apeksi
Kedekatan Megawati dan Prabowo lantas membawa keduanya untuk berjuang bersama pada Pilpres 2009. Ketika itu PDIP dan Gerindra yang ada di barisan oposisi, berkoalisi menghadapi pasangan capres incumbent, SBY-Boediono, serta JK-Wiranto. Pasangan yang dikenal dengan sebutan Mega-Pro ini mengakhiri Pilpres 2009 dengan raihan 26,79 persen suara.
Sempat Panas karena Pilpres 2014
Hubungan Megawati dan Prabowo sempat panas jelang Pilpres 2014. Ketika itu, Megawati memilih mencalonkan Jokowi sebagai presiden.
Gerindra lantas mengungkit perjanjian dengan Megawati pada Pilpres 2009 tentang janji Mega mendukung Prabowo pada Pilpres 2014. Dokumen perjanjian bahkan sempat diungkit, namun Megawati tetap pada pilihannya.
Setelah melalui dinamika politik yang panjang, Jokowi berduet dengan JK di Pilpres 2014 dan terpilih menjadi Presiden RI ke-7 untuk periode pertama.
Namun hubungan Mega-Prabowo seolah tak kunjung mereda jelang Pilpres 2019. Hal itu karena Prabowo kembali menjadi lawan Jokowi di Pilpres 2019, kali ini berduet dengan Sandiaga Uno.
Suhu politik selama masa kampanye Pilpres 2019 yang begitu panas pun sampai ke telinga Megawati. Bahkan Megawati sampai mengkritik orang-orang di kubu 02 yang membenturkan dia dengan Prabowo.
Hubungan dengan Prabowo pun kembali cair berkat politik nasi goreng ala Megawati. Kala itu keduanya bertemu usai Pilpres 2019 di kediaman Megawati.
Megawati ketika itu menyiapkan makanan khusus untuk makan siang bersama Prabowo. Nasi goreng jadi pilihan Megawati untuk meluluhkan hati Prabowo.
Prabowo Masuk Kabinet
Kedekatan Megawati dan Prabowo kemudian terus berlanjut. Prabowo menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) di kabinet Presiden Jokowi. Hal itu disebut-sebut menjadi salah satu faktor semakin dekatnya hubungan Prabowo dengan Megawati.
Bahkan saat itu kedekatan keduanya dibuktikan melalui swafoto bersama Ketua DPR Puan Maharani dan Megawati. Puan ketika itu mengucapkan selamat bekerja untuk Prabowo. "Selamat bekerja Menteri Pertahanan Republik Indonesia periode 2019-2024," ujarnya.
Prabowo Kini 'Di-SBY-kan' Megawati?
Kekinian, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai politik Indonesia gampang berganti musim. Hal itu dinilai rumit karena 4 tahun Prabowo bersama koalisi Jokowi, PDIP dan Gerindra mesra.
"Tapi belakangan karena soal elektabilitas Gerindra dapat momentum, Prabowo dapat momentum, makin rumit mempertemukan kutub ini," ujar Adi dalam diskusi politik pada Rabu (12/7/2023).
Adi Prayitno lantas menilai sangat terbuka Partai Gerindra kini posisinya seperti Partai Demokrat pada Pilpres 2004. Ketika itu PDIP menempatkan Demokrat sebagai rival hingga Pilpres 2019.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY memang tak pernah satu pilihan politik dengan Megawati sejak 2004.
"Menurut saya, sangat mungkin Gerindra itu di-Demokrat-kan," ucap Adi.
Adi juga menyampaikan ada kemiripan posisi Partai Gerindra saat ini dengan Demokrat pada tahun 2004 lalu. Ketika itu Prabowo masih bagian pemerintahan Jokowi.
Sementara itu pertanyaan Prabowo untuk bertemu Megawati pun hingga kini belum dijawab oleh pihak PDIP dan Megawati.
"Ya sangat mungkin Prabowo akan di-SBY-kan (oleh Megawati), dalam tanda kutip jadi rival di 2024. Dulu teman, SBY sama Mega berteman, lalu jadi rival," pungkas Adi.
Kontributor : Trias Rohmadoni