Suara.com - Ahli hukum pidana, Ahmad Sofian, menerangkan perintah untuk melakukan sikap tobat dan push up kepada korban masuk dalam rangkaian tindakan penganiayaan.
Keterangan itu disampaikan oleh Sofian ketika duduk sebagai saksi ahli dalam sidang kasus penganiayaan berat berencana David Ozora dengan terdakwa Mario Dandy dan Shane Lukas, Selasa (11/7/2023).
Awalnya, jaksa penuntut umum (JPU) meminta pendapat Sofian tentang aksi pelaku penganiayaan menyuruh korban sikap tobat termasuk dalam bagian suatu tindakan penganiayaan.
Sofian menjelaskan perintah sikap tobat dan push up kepada korban artinya pelaku sudah memiliki niat jahat. Terlebih apabila sebelum sudah didahului dengan tindakan yang terencana.
Baca Juga: Sidang Mario Dandy dan Shane Lukas, Ahli Pidana Sebut Restitusi Korban Penganiayaan Wajib Dibayar
"Ya kalau itu bagian daripada skenario yang ada dalam pikiran si pelaku sikap batin jahat pelaku. Bahwa ketika akan mewujudkan tindak pidana itu dimulai dari menjemput, memperlakukan orang tersebut misal jongkok, tiarap atau apapun, segmen berikutnya dipukulin, segmen berikutnya dipukulin," kata Sofian di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Sofian mengatakan jika tindakan tersebut dilakukan secara berurutan maka sikap tobat dan push up itu masuk dalam skenario penganiayaan.
"Nah kalau memang sikap itu bagian perbuatan itu bagian skenario yang disusun oleh dader atau dader dader maka itu bagian proses penganiayaan," tuturnya.
Dakwaan Jaksa
Dalam sidang sebelumnya, Mario didakwa dengan Pasal 353 ayat 2 KUHP dan Pasal 355 ayat 1 tentang penganiayaan berat.
Baca Juga: Tiba Di PN Jaksel, Mario Dandy Dan Shane Lukas Kompak Pakai Kemeja Putih
Sementara, Shane didakwa dengan Pasal 353 ayat 2 KUHP dan Pasal 355 ayat 1 tentang penganiayaan berat subsider kedua Pasal 76 C Pasal 80 Ayat 2 UU Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak.