Suara.com - Wali Kota Bogor Bima Arya langsung bertindak menangani aduan warga terkait adanya kecurangan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023 lewat jalur zonasi. Ada hampir 300 aduan yang masuk terkait berbagai macam indikasi kecurangan terkait PPDB.
Setelah dilakukan pengecekan, Bima Arya menemukan sejumlah kecurangan seperti pindah Kartu Keluarga (KK) hingga menggunakan KK palsu demi lolos PPDB zonasi. Simak keuntungan dan kekurangan jalur zonasi yang tengah jadi sorotan berikut ini.
Alasan di Balik Penetapan PPDB Zonasi Menurut Mendikbud
Pada tahun 2019 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) saat itu, yakni Muhadjir Effendy sempat mengungkap alasan di balik penetapan sistem zonasi. Dia menyebut PPDB zonasi memberikan akses dan keadilan terhadap pendidikan bagi semua kalangan masyarakat.
Baca Juga: Polemik PPDB Zonasi di Bogor: Warga Pakai Kontrakan Kosong Buat Alamat Baru, Bima Arya Geram
Dengan begitu, keluarga yang kurang mampu dapat menyekolahkan anaknya di sekitar rumah sehingga tidak perlu lagi memikirkan biaya transportasi.
"Kewajiban pemerintah dan sekolah adalah memastikan semua anak mendapat pendidikan dengan memerhatikan anak harus masuk ke sekolah terdekat dari rumahnya," ujar Muhadjir.
"Apabila seorang anak dari keluarga ekonomi tidak mampu tidak mendapat sekolah dalam zonanya, mereka akan berpotensi putus sekolah karena kendala biaya," ucapnya.
Kelebihan PPDB Zonasi
1. Pemerataan Kualitas Pendidikan
Baca Juga: Link Pendaftaran PPDB Jakarta 2023 Tahap Kedua untuk SMP, SMA dan SMK
Sistem zonasi membuat kualitas pendidikan dan jumlah peserta didik jadi merata. Jadi tidak ada lagi sekolah yang kekurangan atau kelebihan peserta didik. Hal ini karena calon peserta didik yang memilih sistem zonasi harus sekolah di lokasi terdekat dan sekitar tempat tinggal.
2. Menghapus Stigma Sekolah Favorit
Sebelum diberlakukan sistem zonasi, ada istilah sekolah favorit yang selalu diincar banyak calon siswa dari berbagai daerah. Dengan adanya zonasi, semua anak mendapat status yang sama tanpa dibedakan lagi.
3. Mendekatkan Lingkungan Sekolah Dengan Keluarga
Dengan adanya zonasi, lingkungan anak antara sekolah dan keluarga bisa jadi lebih dekat. Dengan ini para orang tua siswa dapat lebih mudah untuk mengawasi kegiatan dan perkembangan para anak didik.
4. Hemat Waktu dan Biaya
Jarak sekolah yang dekat dengan rumah membuat anak bisa lebih hemat waktu sehingga tidak akan terlambat ke sekolah. Selain hemat waktu, jarak yang dekat juga akan menghemat biaya transportasi ke sekolah.
5. Menciptakan Suasana Kelas Yang Heterogen
Sekolah berstatus favorit membuat anak-anak yang pintar akan terkumpul di satu sekolah saja. Namun dengan sistem zonasi, suasana kelas bisa jadi lebih heterogen atau beragam.
Kekurangan Sistem Zonasi
1. Pilihan Sekolah Siswa Lebih Terbatas
Sebelum ada sistem zonasi, siswa bisa lebih bebas menentukan pilihan sekolah yang yang ingin didaftar. Tapi dalam sistem zonasi, pilihan sekolah hanya terbatas pada sekolah-sekolah dalam jarak tertentu.
2. Siswa Tidak Semangat Belajar
Jarak sekolah dan rumah menjadi salah satu faktor yang menentukan seorang siswa diterima atau tidak dalam sistem zonasi. Hal ini bisa mengurangi semangat siswa untuk belajar agar bisa diterima di sekolah yang dia inginkan, karena kecerdasan tidak terlalu jadi faktor penentu.
3. Ruang Lingkup Terbatas
Jika anak didik bersekolah jauh dari tempat tinggalnya, dia bisa mendapat lingkungan baru dan teman-teman baru. Namun dengan sistem zonasi, si anak didik kemungkinan hanya akan punya ruang lingkup dan pertemanan terbatas.
4. Sistem Masih Mudah Dimanipulasi
Sistem zonasi masih cukup lemah dan rentan dilakukan manipulasi. Misalnya, orang-orang yang memalsukan alamat domisili agar anaknya bisa masuk ke sekolah tertentu yang tentu akan merugikan banyak pihak.
5. Fasilitas Pendidikan Belum Merata
Sistem zonasi juga dianggap merugikan karena fasilitas pendidikan di Indonesia belum merata. Misalnya saja seorang siswa yang memiliki intelektual tinggi namun tidak bisa mengembangkanwawasannya secara optimal karena harus bersekolah di dekat rumahnya yang tidak memiliki fasilitas lengkap.
Padahal jika dia bisa memilih dengan bebas sekolah yang diinginkan dan dirasa memiliki fasilitas lebih lengkap, dia bisa berprestasi lebih baik.
Kontributor : Trias Rohmadoni