Suara.com - Kerusuhan yang terjadi di berbagai kota Prancis menyebabkan tingkat keamanan menurun. Keselamatan warga di Nanterre, Toulouse, Lyon dan Dijon serta kota-kota lain juga terancam akibat penembakan seorang remaja oleh polisi.
Ribuan warga melakukan demonstrasi hingga aksi anarkis seperti penyanderaan, pembakaran hingga penjarahan. Situasi itu membuat pemerintah Prancis mengerahkan 45.000 aparat kepolisian demi memukul mundur massa yang masih berkeliaran hingga Minggu (2/2/2023) siang.
Peristiwa itu pun menjadi isu internasional, mengingat Prancis menjadi salah satu negara pilihan para imigran dari negara luar. Lalu, seperti apa kronologi kerusuhan ini? Simak inilah selengkapnya.
Kerusuhan bermula akibat penembakan kepada seorang remaja keturunan Maroko dan Aljazair bernama Nahel M (17). Penembakan dilakukan oleh seorang anggota polisi setelah remaja itu dianggap melanggar rambu lalu lintas.
Baca Juga: Huru-hara di Prancis Bikin Heboh, Apa Penyebabnya?
Penembakan yang terjadi di pinggiran Kota Paris, Nanterre, Selasa (27/06/2023) pagi, membuat Nahel kehilangan nyawanya. Hal itu langsung menyulut amarah dari masyarakat Nanterre, Paris.
Apalagi, aksi penembakan polisi itu diduga juga terkait masalah rasis, khususnya reaksi polisi yang berbeda dalam menghadapi para imigran dari ras kulit hitam dan keturunan Timur Tengah.
Di Prancis, rasisme terhadap dua golongan tersebut oleh kepolisian rupanya kerap kali terjadi di kota-kota besar. Puncaknya saat polisi Prancis menembak remaja yang merupakan warga imigran tersebut, sehingga memicu kematian Nahel.
Ribuan massa pun memenuhi wilayah Nanterre dan terus melakukan aksi anarkis sejak Selasa (27/6/2023). Mulai dari pembakaran gedung-gedung, fasilitas di jalan hingga melakukan penjarahan terhadap toko toko di sekitaran Nanterre.
Pemerintah Prancis pun mengerahkan pasukan pengamanan untuk mengamankan situasi hingga Minggu (2/2/2023) pagi. Namun sayangnya, massa sulit untuk dipukul mundur.
Baca Juga: Hari Besar Bulan Juli 2023: Hari Revolusi Prancis, Tahun Baru Islam 1445 H hingga Hari Anak Nasional
Aksi anarkis semakin menjadi-jadi setelah terjadinya pembakaran rumah Wali Kota L'Hay-les-Roses, Vincent Jeanbrun pada Minggu (2/2/2023) kemarin.
Peristiwa itu mencuri perhatian negara lain, termasuk pemerintah Indonesia. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris menghimbau para WNI untuk waspada atas serangan massa yang bisa mengancam keberadaan WNI.
"WNI di Prancis agar tetap waspada dan terus pantau informasi melalui saluran resmi Pemerintah Prancis, serta menghindari lokasi protes,” tulis KBRI Prancis melalui @indonesiainparis pada Minggu (2/7/2023) lalu.
Kontributor : Dea Nabila