Suara.com - Kerusuhan besar-besaran terjadi di Prancis usai kematian seorang remaja laki-laki usia 17 tahun pada Selasa (27/6/2023). Setelah penembakan maut remaja bernama Nahel M itu terjadi kerusuhan selama 4 malam berturut-turut.
Bahkan unit-unit polisi dan pasukan keamanan lainnya menyebar ke seluruh negeri untuk memadamkan kerusuhan. Simak fakta kerusuhan di Prancis sebagai imbas kematian remaja 17 tahun berikut ini.
1. 1300 Orang Lebih Ditangkap
Polisi Prancis menangkap 1.311 orang di seluruh negeri dalam kerusuhan buntut penembakan Nahel. Prancis telah mengerahkan 45 ribu petugas didukung dengan kendaraan lapis baja ringan dan unit polisi untuk memadamkan kerusuhan.
Baca Juga: Siapa Nahel M? Remaja 17 Tahun yang Kematiannya Picu Kericuhan di Prancis
2. Toko-toko Dijarah
Kerusuhan itu berkecamuk di kota-kota sekitar Prancis walau polisi dikerahkan secara besar-besaran. Mobil dan bangunan dibakar serta toko-toko dijarah, ketika keluarga dan teman-teman Nahel bersiap untuk menguburkan remaja 17 tahun itu.
3. Acara Berskala Besar Dibatalkan
Perdana Menteri Elisabeth Borne juga mengumumkan pembatalan acara berskala besar, seperti konser di seluruh negeri. Bus dan trem yang jadi sasaran kekerasan pada beberapa malam sebelumnya berhenti beroperasi pada pukul 21.00 waktu setempat. Selain itu, penjualan kembang api besar serta cairan yang mudah terbakar juga telah dilarang.
4. 994 Orang Ditahan
Baca Juga: Mengenal Christian Karembeu, Eks Timnas Prancis Asal Pulau Kanibal
Sementara itu Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Prancis mengatakan 994 orang telah ditahan setelah kekerasan pada malam keempat pada Sabtu (1/7/2023). Terdapat 2.560 kebakaran terjadi di jalan umum dengan 1.350 mobil terbakar serta 234 insiden kerusakan atau kebakaran di gedung-gedung.
Hingga Jumat (30/6/2023) malam, 79 polisi dan polisi bersenjata lengkap terluka dengan tercatat ada 58 serangan pada kantor polisi dan polisi. Kekerasan terus terjadi walau polisi Prancis sudah mengerahkan 45.000 petugas, unit khusus, kendaraan lapis baja,dan helikopter di seluruh negeri pada Jumat (30/6/2023).
5. Pemicu Kerusuhan Gegara Kematian Nahel
Pemicu kerusuhan di Prancis adalah tewasnya remaja laki-laki bernama Nahel M (17). Kematian Nahel memicu kerusuhan di berbagai kota di seluruh Prancis, serta di Nanterre, sebelah barat Paris tempat dia dibesarkan. Hal itu terjadi karena Nahel tidak mematuhi perintah polisi untuk menghentikan mobilnya setelah melanggar lalu lintas.
Penembakan fatal terhadap Nahel memicu ketegangan yang sudah lama membara antara polisi dan pemuda di proyek perumahan yang berjuang melawan kemiskinan, pengangguran, dan diskriminasi rasial. Kerusuhan kali ini merupakan yang terburuk dialami Prancis selama bertahun-tahun.
6. Polisi yang Tembak Nahel Minta Maaf
Elisabeth Borne juga mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan semua opsi, termasuk menyatakan keadaan darurat untuk memulihkan kembali hukum dan ketertiban. Sementara itu jaksa mengatakan polisi yang membunuh Nahel telah didakwa dengan pembunuhan dan ditempatkan dalam penahanan pra-sidang.
Pengacara polisi itu pada Kamis (29/6/2023) mengatakan pelaku telah meminta maaf, termasuk kepada keluarga korban. Disebutkan polisi yang membunuh Nahel itu sangat menyesal.
"Kata-kata pertama yang dia ucapkan adalah meminta maaf dan kata-kata terakhir yang dia katakan adalah permintaan maaf kepada keluarga. Dia hancur, tidak bangun pagi hari untuk membunuh orang. Dia tidak ingin membunuhnya," ucap pengacara Laurent-Franck Lienard pada Kamis (29/6/2023) petang.
Kontributor : Trias Rohmadoni