Suara.com - Ucapan politikus senior PDI Perjuangan Panda Nababan yang menyebut Gibran Rakabuming dengan istilah ‘ingusan’ menuai kritik dari berbagai pihak.
Komentar pedas itu keluar dari mulut Panda Nababan, ketika ia mengomentari isu putera Presiden Joko Widodo itu akan berpartisipasi dalam Pilpres 2024.
Menurut Panda, Gibran masih terlalu muda dan terbilang kurang pengalaman untuk terjun ke pesta demokrasi lima tahunan itu.
"Gibran anak ingusan kok," kata Panda dalam podcast channel YouTube Total Politik pada Senin (26/6/2023).
Tak hanya menyebut ingusan, Panda juga meminta Gibran untuk mencari pengalaman lebih banyak lagi, agar tak besarkepala ketika menghadapi Pilpres 2024.
Seperti apakah sosok Panda Nababan yang berani mengeritik putera presiden? Berikut ulasannya.
Panda Nababan memiliki nama lengkap Pandapotan Maruli Asi Nababan. Sebelum terjun ke politik,ia berkecimpung di dunia jurnalistik.
Ia merupakan anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk periode 1970 hingga 1975. Ilmu jurnalistiknya salah satunya didapat di NRC Handelsblaad, Rotterdam.
Selain itu, Panda juga pernah mengenyam Pendidikan di sejumlah perguruan tinggi, diantaranya Universitas HKPB Nommensen Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Baca Juga: Disebut Anak Ingusan oleh Senior PDIP, Gibran Tak Berkutik Cuma Bisa Bilang Begini
Ia juga pernah menempuh Pendidikan di Universitas Bung karno dan Perguruan Tinggi Publisistik, keduanya berada di Jakarta.
Semasa kuliah, pria kelahiran Siborongborong Tapanuli ini juga aktif berorganisasi. Salah satunya di organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Dari jurnalistik ke politik
Di dunia jurnalistik, Panda Nababan pernah berkarier di sejumlah media massa. Diantaranya di Harian Umum Warta harian selama setahun pada 1969.
Pada 1970, ia pindah ke Harian Umum Sinar Harapan dan menjabat sebagai redaktur. Kariernya di media tersebut cukup lama, hingga 1987.
Setelah itu, Panda melanjutkan kariernya di bidang jurnalistik sebagai Wakil pemimpin Umum di Harian Umum Prioritas.
Panda kemudian pernah menjabat sebagai Kepala Litbang Media Indonesia dalam periode 1988 hingga 1989.
Kepiawaian Panda sebagai jurnalis dibuktikan dengan keberhasilannya meraih penghargaan bergengsi di dunia jurnalistik, yakni Perhargaan Adinegoro pada 1976.
Setelah malang melintang di dunia jurnalistik, Panda memutuskan untuk menjajal dunia politik dengan bergabung di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1993.
PDI merupakan salah satu kekuatan politik di era orde baru yang kemudian menjelma menjadi PDI Perjuangan setelah Soeharto tumbang.
Pada 1998, jelang reformasi dan lengsernya Soeharto, Panda pernah menjadi saksi pergulatan di internal PDI.
Setelah reformasi bergulir, Panda pernah merasakan duduk di Senayan sebagai wakil rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan.
Kontributor : Damayanti Kahyangan