Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 21 Juni 2023 hari ini berulang tahun ke-62. Namun, sehari sebelumnya, ia menyebut tidak akan ada perayaan khusus untuk usia barunya itu. Sebab, ia berkata tak pernah merayakan ulang tahun sejak lahir sampai sekarang karena dirinya orang desa.
"Saya enggak pernah ulang tahun. Saya orang desa, enggak pernah (merayakan) ulang tahun sejak lahir sampai sekarang," ujar Jokowi kepada wartawan di Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).
Selama 62 tahun, Jokowi tentunya sudah berkali-kali merasakan roda kehidupan. Dalam kisah hidupnya, ada banyak hal yang menginspirasi. Ia berangkat dari desa dengan kondisi keuangan yang terbilang sulit hingga akhirnya menjadi kalangan elite usai menjabat sebagai presiden RI.
Kisah Hidup Inspiratif Jokowi
Baca Juga: Anies Baswedan Ucapkan Selamat Ultah ke Jokowi, Warganet Ikut Doa: Semoga Tidak Cawe-cawe
Jokowi dan keluarganya sempat mengungsi di rumah sang paman karena pemerintah daerah saat itu menggusur kediamannya. Kondisi ini memaksa mereka bekerja lebih keras untuk bertahan hidup. Ayahnya menjadi sopir angkutan umum.
Sementara itu, Jokowi seusai sekolah, membantu sang ibu berjualan di pasar. Ia menyebut keluarganya tidak pernah mengeluh dan saling memberikan semangat agar tak lagi hidup menumpang. Beruntung, uang hasil kerja ayahnya bisa membuat mereka mendirikan bengkel kayu.
Lambat laun, tabungan keluarga Jokowi terus bertambah hingga bisa dibelikan sebuah rumah sederhana. Di sisi lain, setelah lulus kuliah, Jokowi dengan modal seadanya membangun perusahaan meubel yang diberi nama CV Rakabu. Ia saat berbisnis pun kerap mengalami jatuh bangun.
Jokowi bercerita pernah ditipu, di mana barang sudah dikirim, namun uang belum ia terima. Meski begitu, hal tersebut tak membuatnya menyerah. Ia terus menerapkan berbagai strategi, seperti mengikuti pameran meubel di luar negeri serta berusaha menerima pinjaman bank.
Sejak saat itu, tempatnya selalu ramai oleh pembeli yang bahkan ada dari luar negeri. Salah satunya warga negara Perancis bernama Bernard Chene yang menyebutnya 'Jokowi' untuk membedakan ia dengan Joko-Joko lain. Oleh karenanya, sampai sekarang, ia lebih dikenal dengan nama Jokowi.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ulang Tahun ke-62 Hari Ini, Gibran Ngaku Belum Ucapkan Selamat
Karier Politik Jokowi
Perjalanan politik Jokowi berawal dari Pilkada Kota Solo 2005, di mana ia berhasil menjadi wali kota sampai tahun 2010. Di pemilihan selanjutnya, ia yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo kembali menjabat posisi serupa untuk periode 2010-2015.
Namun, di tengah-tengah masa kepemimpinan periode kedua, Jokowi maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Popularitasnya sebagai pemimpin Kota Solo mengantarkan ia menduduki jabatan Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, ia didampingi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Momen serupa kembali terjadi usai Jokowi dipercaya melaju ke Pilpres 2014. Ia yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla berhasil menang setelah memperoleh suara lebih banyak dari lawan tunggalnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Lima tahun kemudian, tepatnya pada Pilpres 2019, Jokowi kembali terpilih sebagai Presiden RI untuk periode kedua. Didampingi oleh Ma'ruf Amin, ia berhasil mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Adapun masa jabatannya akan berakhir pada tahun 2024 mendatang.
Punya Ciri Khas: Blusukan hingga Diplomasi Meja Makan
Jokowi diketahui memiliki gaya kepemimpinan yang khas, seperti blusukan, masuk ke gorong-gorong, hingga diplomasi meja makan. Istilah blusukan mengacu pada aktivitasnya yang bertemu masyarakat secara langsung. Misalnya saja, di pasar.
Dalam hal ini, Jokowi juga tidak segan untuk turun langsung ke gorong-gorong. Adapun tujuanya untuk meninjau langsung penyebab banjir. Salah satu aksinya yang ramai diperbincangkan, terjadi di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat pada tahun 2012 lalu.
Jokowi yang terjun ke gorong-gorong itu sempat menuai pro dan kontra. Tak sedikit yang menilai gayanya ini merakyat. Sementara ada yang mengatakan jika hal tersebut hanya sebagai pencitraan. Usai menjabat sebagai presiden, ia pun menambah daftar gaya kepemimpinanya.
Jokowi kerap memakai diplomasi meja makan dalam berpolitik. Maksudnya, ia menjamu para tamu untuk duduk dan makan bersama di satu meja sembari membahas persoalan. Di meja itu biasanya tersaji berbagai menu khas Indonesia. Sedangkan tamunya berasal dari banyak kalangan.
Diplomasi meja makan itu pernah diterapkan Jokowi ketika dirinya masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia pada Mei 2013, mengajak beberapa warga yang menolak adanya relokasi rumah di kawasan Waduk Pluit untuk santap siang bersama di Gedung Balai Kota DKI.
Pendekatan meja makan ini turut digunakannya saat menyambut tamu dari negara lain. Misalnya saja, pada November 2022, ia yang ditemani Gibran dan Kaesang menjamu Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di rumahnya usai meresmikan Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo.
Belakangan ini, Jokowi juga menjamu dua kandidat calon presiden (capres) Pemilu 2024, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Ia bertemu dengan Ganjar di meja makan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (13/6/2023). Sementara dengan Prabowo di Istana Kepresidenan Bogor, pada Minggu (18/6/2023).
Kontributor : Xandra Junia Indriasti