Hal ini dilakukannya untuk meneliti transportasi laut di Merton College, Oxford, Inggris. Atas ketekunannya itu, Naruhito dinobatkan sebagai pewaris tahta Jepang pertama yang pernah belajar di luar negeri.
Setelah penelitiannya selesai dan lagi kembali ke Jepang, Naruhito lantas menyelesaikan pendidikan program doktoralnya pada bidang sejarah Jepang pada tahun 1988. Ia memelihara hubungan baik dengan universitas tempatnya menimba ilmu dengan menjadi seorang peneliti tamu pada tahun 1992 dan sempat mengajar di kelas sesekali.
Kehidupan Pribadi Naruhito
Diketahui, Kaisar Naruhito pertama kali bertemu dengan istrinya, Owada Masako, pada tahun 1986. Pada saat itu Naruhito sangat tertarik dengan Masako namun ia ragu-ragu untuk menjalin hubungan. Hal ini lantaran kala itu Masako hanyalah orang biasa yang menjadi diplomat di kementerian Luar Negeri pemerintah.
Selain itu, Masako masih belum mau untuk melepaskan karirnya yang terbilang cukup sukses. Enam tahun berselang, akhirnya pada tahun 1992 Masako pum menerima lamaran sang putra mahkota. Keduanya menikah pada Juni 1993 silam.
Mereka menggelar pernikahan sangat meriah hingga upacaranya dipublikasikan secara luas dan disiarkan ke seluruh dunia. Pada tahun 2001, keduanya pun dikaruniai seorang anak pertama, yaitu Putri Aiko.
Setelah kelahiran Putri Aiko ini, Naruhito dan Owasa Masako mendapatkan sedikit tekanan. Mereka diharapkan bisa melahirkan ahli waris seorang anak laki-laki. Hal ini pun sempat membuat putri mahkota mengalami stres berat dan membuat Masako harus fokus untuk kesembuhannya dan membiarkan sang ayah melakukan tugas-tugas negaranya seorang diri.
Meskipun sempat terjadi sebuah diskusi untuk mengizinkan Aiko menjadi permaisuri, akan tetapi pada akhirnya perdebatan ini pun terselesaikan setelah kelahiran anak keduanya, Pangeran Hisahito.
Naruhito Naik Takhta
Baca Juga: Catat, Ini Wisata Keraton yang Tetap Buka saat Kaisar Jepang ke Yogyakarta
Akihito secara resmi mengumumkan keinginannya untuk turun tahta lantaran usia yang sudah lanjut pada Agustus 2016. Dia pun mengubah Hukum Rumah Tangga Kekaisaran Tahun 1947 yang mengizinkan suksesi kekaisaran Jepang hanya terjadi usai kematian kaisar.