Kilas Balik Perbedaan Perayaan Idul Adha Versi Pemerintah dan Muhammadiyah, Tak Cuma Sekali!

Senin, 19 Juni 2023 | 16:15 WIB
Kilas Balik Perbedaan Perayaan Idul Adha Versi Pemerintah dan Muhammadiyah, Tak Cuma Sekali!
Petugas melakukan pemantauan hilal awal Ramadhan 1444 Hijriah di Masjid Al Musyariin, Jakarta Barat, Rabu (22/3/2023). - Kilas Balik Perbedaan Perayaan Idul Adha Versi Pemerintah dan Muhammadiyah, Tak Cuma Sekali! [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perayaan Idul Adha 2023 sebentar lagi akan segera tiba. Meski pada kenyataannya terdapat perbedaan hari perhitungan antara pemerintah dan Muhammadiyah, namun hal ini tentu tidak perlu dipermasalahkan. Sekilas mengenai sejarah beda perayaan Idul Adha versi pemerintah dan Muhammadiyah bisa Anda cermati di sini.

Perbedaan mengenai tanggal jatuhnya hari besar ini sendiri bukan yang pertama kali terjadi. Jika Anda ingat-ingat, beberapa kali Idul Fitri juga terdapat perbedaan waktu perayaan dengan selang satu hari.

Perayaan Hari Raya yang Berbeda Hari

Beberapa contoh yang masih cukup mudah diingat adalah pada penetapan hari raya Idul Fitri. Pemerintah dan Muhammadiyah mengalami perbedaan penentuan hari raya Idul Fitri pada tahun 2006, 2007, 2011, dan kembali berbeda pada tahun 2023 lalu.

Baca Juga: 4 Cara Membuat Daging Kurban Sapi dan Kambing Empuk, Pakai Teknik Khusus Ini!

Hal serupa juga terjadi pada tahun ini, 2023, untuk penentuan hari raya Idul Adha.

Metode Penentuan Jatuhnya Hari Raya

Sebenarnya terdapat metode penentuan hari raya yang digunakan di Indonesia. Tidak hanya untuk hari raya Idul Fitri saja, namun juga untuk hari raya Idul Adha.

Pemerintah, secara umum, menggunakan rujukan pada Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004. di dalam fatwa tersebut pemerintah dapat memutuskan hari raya Idul Fitri dengan menggunakan dua metode utama penentuan awal bulan Kamariyah, yakni dengan metode hisab atau perhitungan serta metode rukyat atau pemantauan dalam menetapkan awal masuknya bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah.

Sementara Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal. Metode ini dilakukan dengan memperhitungkan gerak faktual Bulan di angkasa, sehingga penentuan awal bulan atau akhir bulan Kamariah berdasarkan kedudukan atau posisi bulan tersebut.

Baca Juga: Cara Mandi Keramas Sebelum Puasa Idul Adha 2023, Perhatikan Urutan Membasuh Tubuh yang Benar

Dalam metode ini, Muhammadiyah melakukan perhitungan dengan melihat apakah Matahari terbenam lebih dulu daripada Bulan, walaupaun hanya berselang satu menit atau kurang sesuai perhitungan. Cara lain yang digunakan juga adalah ijtimak atau konjungsi. Ketika hal ini terjadi maka keesokan hari akan ditetapkan sebagai bulan baru.

Meski pada akhirnya terdapat perbedaan waktu penentuan Idul Adha 2023, namun pemerintah menghimbau pada seluruh masyarakat untuk tidak mempermasalahkan hal ini. Sebab pada dasarnya seluruh umat Islam adalah saudara di dalam iman, sehingga wajib menghargai keputusan satu dengan yang lain dengan acuan perhitungan atau ayat yang tercantum dalam kitab suci.

Itu tadi sekilas mengenai sejarah beda perayaan idul adha versi pemerintah dan Muhammadiyah yang bisa disampaikan dalam artikel singkat ini, semoga menjadi artikel yang bermanfaat untuk Anda!

Kontributor : I Made Rendika Ardian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI