Suara.com - Bak sebuah drama panjang, perseteruan antara Partai Demokrat dengan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko dan kubunya mempunyai sejarah yang penuh lika-liku.
Kini, perseteruan Demokrat vs Moeldoko berakhir di sebuah klimaks 'berdarah' yang tak kalah dramatis. Adapun kini pihak kubu Demokrat menggelar aksi cap jempol darah sebagai bentuk perlawanan terhadap kubu Moeldoko.
Diketahui bahwa cekcok antara Demokrat dengan eks Panglima Tentara Nasional Indonesia ke–18 tersebut bermula dari sebuah Peninjauan Kembali atau PK terhadap kepengurusan Partai Demokrat.
Tak berhenti dengan aksi cap jempol darah, Demokrat juga mengancam mengerahkan massa dalam sebuah aksi people power jika Mahkamah Agung atau MA mengabulkan PK Moeldoko.
Mari berkilas balik sejarah panjang perseteruan Demokrat vs Moeldoko.
Bermula dari KLB Deli Serdang
Moeldoko sempat dituding melakukan kudeta alias perebutan kepemimpinan Demokrat melalui sebuah Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang pada 2021 lalu.
Bukan main, KLB Deli Serdang menghasilkan keputusan menunjuk Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat.
Namun, keputusan tersebut berujung sengketa lantaran KLB Deli Serdang belum memiliki dasar yang kuat untuk mengklaim bahwa Moeldoko merupakan Ketua Umum Demokrat yang sah.
Baca Juga: CEK FAKTA: 2000 Anak Buah AHY Serang MA Tak Terima Demokrat Dimenangkan Kubu Moeldoko
MA proses PK Moeldoko, Demokrat ancang-ancang
PK Moeldoko kini masih diproses di MA. Beredar desas-desus bahwa MA akan mengesahkan PK Moeldoko. Otomatis, pihak Demokrat kini ancang-ancang dan memberi ancaman jika PK tersebut dikabulkan.
Upaya menggagalkan kudeta Moeldoko juga dilancarkan oleh Demokrat melalui Wasekjen Partai Demokrat, Jansen Sitindaon mendukung cawe-cawe positif Jokowi dengan meminta me-reshuflle Moeldoko dari jabatan Kepala Staf Presiden.
Permintaan tersebut didasari dalih agar Presiden Joko Widodo alias Jokowi terhindar dari tudingan soal menyetujui KLB Demokrat.
Demokrat gelar aksi cap jempol darah dan ancam kerahkan people power
Aksi Demokrat menggagalkan PK Moeldoko juga tercermin dari aksi massa yang berkumpul di DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat pada Jumat (16/6/2023).
Mereka berkumpul untuk melakukan aksi cap jempol dengan tinta yang berwarna merah darah di sebuah kain yang bertuliskan penolakan PK Moeldoko.
Kain tersebut bertuliskan "No Peace No Justice" yang berarti "Tiada Keadilan, Tiada Perdamaian."
Tak berhenti di situ, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K Harman mengancam partainya akan mengerahkan massa dalam sebuah aksi people power melawan MA bila menyetujui PK Moeldoko.
Aksi tersebut berbentuk unjuk rasa besar-besaran oleh seluruh kader yang dimulai dari tingkat bawah hingga atas di Demokrat.
Kontributor : Armand Ilham