Baru-baru ini PDIP melemparkan sindiran keras terhadap PSI dengan menyebutnya partai kecil yang menjadi pengganggu. Sindiran tersebut berujung PSI menanggapi PDIP adalah partai yang angkuh.
Aksi saling sindir tersebut terjadi antara Ketua DPP PDIP Said Abdullah dan Anggota PSI Ade Armando. Sindiran tersebut berawal pada saat Said menyinggung kontrak politik Ganjar Pranowo yang sempat dicuitkan oleh Ade Armando melalui akun media sosial Twitternya. Said kemudian menganggap bahwa Ade merupakan partai kecil yang mengganggu.
Said mengaku bingung terkait dengan kontrak politik Ganjar. Ia menyebut bahwa PDIP tidak mengenal kontrak politik seperti apa yang disebutkan oleh Ade Armando. Ia menyebut kontrak politik bukanlah karakter dari PDIP. Ia menyebut bahwa PDIP tidak pernah mengatur Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait dengan urusan penunjukan menteri.
Disebut Partai Kecil Pengganggu, lantas seperti apa sepak terjang PSI? SImak informasi lengkapnya berikut ini.
Baca Juga: Gegeran Ade Armando Tebar Isu Kontrak Politik Ganjar Pranowo dengan PDIP
Profil PSI
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah salah satu partai politik yang ada di Indonesia dan sudah berbadan hukum. PSI sendiri memiliki logo, visi misi, sampai struktur pengurus.
Diketahui, PSI didirikan pada 16 November 2014 sesuai dengan Akta Notaris Widyatmoko, SH Nomor 14 Tahun 2014. Di tanggal yang sama, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI yang dipimpin oleh Grace Natalie sebagai ketua umum dan sekretaris jenderal atau sekjen Raja Juli Antoni mengajukan surat pendaftaran sebagai partai politik.
Kementerian Hukum dan HAm menerima pendaftaran dan meminta agar DPP PSI segera melengkapi syarat-syarat pembentukan partai politik sesuai dengan peraturan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
Atas adanya arahan tersebut, seluruh pengurus PSI melengkapi syarat-syarat pembentukan partai agar memastikan PSI lolos dalam verifikasi Kemenkumham yang diperkirakan berlangsung pada pertengahan 2016.
Baca Juga: Cek Fakta: AHY Gabung PDIP, Anies Baswedan Gagal Nyapres
PSI pun dinyatakan resmi sudah berbadan hukum dan juga lolos dalam verifikasi Kementerian Hukum dan HAM di tanggal 7 Oktober 2016.
Gebrakan PSI
Sebagai partai baru, PSI DKI Jakarta menolak pin emas yang diberikan untuk anggota DPRD DKI Jakarta (2019-2024). Anggota DPRD Fraksi PSI Idris Ahmad memandang anggaran pin emas mencapai Rp 1,3 miliar lebih baik dialokasikan untuk yang lebih bermanfaat.
Idris menyebut tidak ada aturan yang mengharuskan pembuatan pin untuk menjadi simbol keanggotaan legislatif berbahan dasar emas.
Gebrakan lain yang pernah dilakukan oleh PSI yaitu keinginannya untuk bergabung menjadi Pansus Wagub DKI. PSI sempat bertekad untuk masuk Pansus pemilihan wakil gubernur.
Selain itu, dalam debut perdananya di DPRD DKI Jakarta, PSI sudah menyiapkan beberapa gebrakan, salah satunya yaitu anggota dewan dari PSI akan menyediakan waktu khusus di pagi hari untuk membuka layanan pengaduan di ruangan fraksi.
Tak hanya itu, anggota dewan dari PSI akan datang dan pulang kerja tepat waktu.
Kader Populer
PSI memiliki beberapa kader populer, seperti misalnya Giring Ganesha yang merupakan vokalis grup musik Nidji. Lalu, ada juga Hariyanto Arbi seorang mantan pebulutangkis nasional. Ada juga dari kalangan profesional Sigit Widodo yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Operasional PANDI, perusahaan pengelola nama domain di Indonesia.
Dan tentunya, ada Ade Armando yang memang sudah lama malang melintang dan populer di dunia politik.
Perbandingan PSI dan PDIP
Berdasarkan dari hasil survei Algoritma Research and Consulting, ditemukan bahwa PDIP dan PSI merupakan parpol dengan tingkat resistensi atau penolakan publik tertinggi. Uniknya, resistensi publik pada PSI justru lebih tinggi dari tingkat elektabilitasnya.
Kedua parpol ini kini tengah sengit menjelang Pemilu 2024, tentu saja kedua partai ini memiliki banyak perbedaan. PDIP memiliki kader yang memang sudah mempunyai nama di dunia perpolitikan seperti misalnya Megawati dan Presiden RI, Jokowi. Sedangkan, PSI sebagai partai baru dengan kader-kadernya kini tengah merintis untuk bisa menjadi parpol nomor satu di Tanah Air.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa