Suara.com - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi memberikan jawaban mengejutkan saat ditanya mengenai soal polusi di Jakarta. Diketahui polusi tersebut bersumber dari gas buangan transportasi juga aktivitas industri di wilayah Jakarta.
Namun bukannya memberikan pernyataan solusi, dirinya menanggapi hal tersebut dengan nada guyonan.
"(Solusinya) Ya saya tiup aja," ungkap Heru Budi pada Senin (12/6/2023) dikutip melalui akun Instagram @pandemictalks.
Hal ini sontak mendapat kritikan dari netizen yang mengaggap guyonan itu tidak pantas untuk diucakan oleh seorang gubernur mengingat isu polusi di Jakarta begitu serius.
Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk hingga Berkabut, DPRD Pertanyakan Kinerja Dinas LH DKI
"Ga lucu di kala banyak yang batuk pilek gangguan nafas malah bercanda pret ah" tulis salah satu akun bernama @acha.anggun.
"Pentingnya punya empati, pak" tulis akun lainnya.
Selain itu beberapa netizen yang juga bekerja sebagai tenaga kesehatan memberikan ungkapan prihatin mereka.
"Peralihan ke pembangkit listrik tenaga surya dan angin perlu dikaji serius karena negeri ini yang namanya matahari dan angin ada sepanjangg tahun dan gratis, mulai WFH lagi sementara kemudian bertahap parsial. Sebagai nakes prihatin pak sama kondisi begini," tulis akun bernama @zickyyombana.
Netizen membeberkan kondisi rumah sakit yang ramai dikunjungi pasien karena penyakit pernapasan.
Baca Juga: Heru Budi Guyon Mau Tiup Udara Kotor di DKI, Tuai Kecaman Warganet
"Jaga di IGD setiap hari, pasiennya 80 persen anak-anak, batuk pilek demam ngga jelas, dikit-dikit di oksigen, dikit-dikit di nebul (Nebulizer), udah nggak paham lagi sama sikon udara polusi sekarang" tulis akun lainnya.
Sementara itu, IQAir merilis data kulitas udara di Jakarta adalah yan terburuk ketiga di dunia. Dengan indeks kualitas udara berada di angka 152, sementara angka polutan utamanya PM 2,5.
Menurut panduan kualitas udara WHO angka PM 2,5 menunjukan kualitas udara beresiko buruk, udara tersebut dapat masuk ke aliran darah terutama pada pernapasan dan kardiovaskular, bahkan dapat menyebabkan gangguan pada organ lain.
Kontributor : Ayuni Sarah