Menakar Nasib KPP Jika Demokrat Gabung PDIP: Koalisi Perubahan Bubar, Anies Gagal Nyapres

Senin, 12 Juni 2023 | 09:57 WIB
Menakar Nasib KPP Jika Demokrat Gabung PDIP: Koalisi Perubahan Bubar, Anies Gagal Nyapres
ILUSTRASI: Anggota Tim Delapan yang terdiri dari (kiri-kanan) Ketua DPP PKS Al-Muzammil Yusuf, Ketua DPP Nasdem Sugeng Suparwoto, Bacapres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan, Wakil Ketua Majelis Syura PKS Sohibul Iman serta Sekjen Partai Nasdem Teuku Rifky Harsya memberikan keterangan pers di kawasan Brawijaya, Jakarta, Selasa (30/5/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat Komunikasi dari Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai, Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) berpeluang bubar bila Partai Demokrat menarik diri untuk gabung dengan PDIP. Menurutnya, jika hal itu terjadi, maka Anies Baswesan berpeluang gagal maju menjadi calon presiden.

Jamiluddin setidaknya membeberkan dua hal yang dapat menyebabkan hal itu terjadi. Pertama, yakni bila Ketua DPP PDIP, Puan Maharani dan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) jadi bertemu dan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua parpol.

"Bisa saja pertemuan Puan-AHY membuka ruang berkoalisasi pada Pilpres 2024. PDIP misalnya menawarkan cawapres bagi AHY," kata Jamiluddin kepada wartawan, Senin (12/6/2023).

Menurutnya, peluang itu bisa terjadi karena PDIP berkepentingan untuk membendung laju elektabilitas Prabowo Subianto. Ia menilai, Ganjar diperkirakan tak mampu membendung Prabowo. Karena itu, kehadiran AHY bersama Demokrat, Ganjar berpeluang menang lebih terbuka.

Kemudian yang kedua, bila Nasdem, Demokrat, dan PKS tetap tidak sepakat soal cawapres pendamping Anies Baswedan. Sebab, sampai saat ini tiga partai ini tampaknya masih alot soal siapa calon cawapres Anies.

"Nasdem menginginkan Khofifah sebagai pendamping Anies. Demokrat mencalonkan Ketua Umumnya AHY. Sementara PKS ingin menjadikan kadernya Aher sebagai cawapres," tuturnya.

"Hal itu terjadi karena perolehan kursi tiga partai itu pada Pileg 2019 relatif seimbang. Tiga partai tersebut merasa sama-sama punya hak untuk menjadikan kandidatnya sebagai pendamping Anies," sambungnya.

Lebih lanjut, jika NasDem dan PKS enggan melihat realitas jika elektabilitas Demokrat dan AHY lebih tinggi dalam hasil berbagai survei.

"Karena itu, kalau Nasdem dan PKS tetap tidak mau melihat realitas itu, tentu wajar saja kalau Demokrat mengevaluasi keberadaannya di KPP. Bahkan peluang menarik diri dari KPP sangat terbuka. Peluang itu sangat terbuka karena ada tawaran dari PDIP untuk saling membuka diri. Godaan PDIP bisa diterima Demokrat bila Nasdem dan PKS tetap pada pendiriannya," tuturnya lagi.

Baca Juga: Duduk Satu Meja, Momen Sekjen PDIP Dan Demokrat Jabat Tangan Erat Bahas Pertemuan Puan-AHY

Terkahir, bubar tidaknya KPP bolanya ada di Nasdem dan PKS. Kalau dua partai ini realistis dan mau menerima AHY menjadi cawapresnya Anies, maka KPP akan eksis dan berpeluang menang pada Pilpres 2024. Sebaliknya, KPP akan bubar, dan Anies akan gagal menjadi capares.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI