Suara.com - Jelang hari raya Idul Adha, khutbah sholat Jumat akan berkutat pada kisah-kisah seputar hari raya kurban. Berikut adalah contohnya secara singkat yang bisa diterapkan menyambut Idul Adha 2023 beberapa pekan mendatang.
Bagi Anda yang sedang mencari referensi Khutbah Idul Adha singkat, Suara.com telah merangkum teks khutbah singkat mengenai “Pelajaran Utama Hari Raya” yang ditulis oleh Alif Budi Luhur dari laman NU Online.
“Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar la ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahil ham. Allahu akbar kabira wal hamdu lillahi katsira wa subhanallahi bukratan wa ashîla, la ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyah, mukhlisina lahuddin wa law karihal kafirun. La ilaha illallâhu wahdahu shadaqa wa’dah. Wa nashara 'abduhu wa hazama al-ahzab wahdah, la ilaha illallahu wallahu akbar.”
Alhamdulillah rabbil alamin. Was shalatu was salamu ala sayyidil mursalin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Amma Ba’du.
Baca Juga: Tanggal Merah Bulan Juni 2023, Adakah Liburan Panjang Long Weekend?
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,
Hari Raya Kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111.
Meskipun dalam praktiknya, kurban sudah dilaksanakan sejak masa kehidupan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Bukanlah daging atau darah yang Allah SWT terima namun sebuah ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi kurban.
Dalam surat Al-Hajj ayat 37 berbunyi: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (QS. Al-Hajj: 37)
Meski sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yakni Nabi Ismail AS.
Baca Juga: Contoh Proposal Permohonan Qurban Idul Adha 2023 di Masjid
Sebagai informasi, Ismail merupakan seorang anak yang ia idam-idamkan setelah bertahun-tahun istrinya tidak segera memiliki buah hati. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa: “Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.”
Allah SWT memberi kabar gembira kepada Nabi Ibrahim AS dengan kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar. Ketika anak itu dewasa, Nabi Ibrahim AS diuji dengan sebuah mimpi. Ia berkata, "Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah SWT yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?"
Ismail menjawab, "Wahai ayahku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar."
Nabi Ibrahim AS membawa Nabi Ismail AS ke sebuah tumpukan pasir dan ia membaringkannya dengan posisi pelipis di atas tanah.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah, Atas kehendak Allah SWT, proses penyembelihan tersebut batal untuk dilaksanakan.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam sebuah ayat, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”
Hadirin yang terhormat,
Ibadah kurban merupakan bentuk i’tibar atau pengambilan pelajaran dari kisah tersebut. Ada tiga pelajaran utama yang dapat ditarik dari kisah tersebut. Pertama, totalitas Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS mendapatkan ujian berat pada rasa bahagianya ketika sang buah hati hadir di rumah tangganya.
Melalui perintah menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim AS diperingatkan bahwa anak hanyalah titipan. Nabi Ibrahim AS lolos dari ujian dan membuktikan bahwa dirinya dapat mengalahkan egonya untuk mempertahankan nilai Ilahi. Sementara Nabi Ismail AS yang usianya masih muda mampu untuk membuktikan bahwa dirinya berbakti dan patuh atas perintah Allah SWT.
Kedua, tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah ini, umat muslim diingatkan untuk tidak menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan. Di sisi lain, kita juga dihimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia. Penggantian Nabi Ismail AS dengan domba merupakan sebuah pesan pengorbanan dalam bentuk manusia yang ada pada tradisi kelompok pada zaman dahulu merupakan perbuatan yang diharamkan.
Seluruh manusia diciptakan Allah SWT dalam kemuliaan. Membunuh dan menyakiti manusia diibaratkan membunuh manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin hak-haknya.
Ketiga, hakikat pengorbanan. Sedekah hewan kurban merupakan simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu dan lain sebagainya. Pengorbanan merupakan manifestasi dan kesadaran kita sebagai makhluk sosial. Bagaimana jika masing-masing manusia memenuhi egonya dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain seperti mengorbankan sedikit waktu untuk mengantri tiket dan berhenti saat lampu merah. Di sinilah kita melakukan “penyembelihan” ego untuk menggapai kedekatan (qurb) kepada Allah, karena kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah. Wallahu a’lam.
Itulah khutbah Jumat Idul Adha 2023 singkat.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni