Suara.com - Kasus meninggalnya seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) bernama Muhammad Rasyid Ghifary (20) di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung pada Selasa, (06/06/2023) lalu menyisakan luka yang mendalam bagi keluarga dan seluruh civitas akademika ITB.
Rasyid yang diketahui sedang melakukan ujicoba pesawat tanpa awak untuk diikutsertakan dalam lomba tersebut tewas akibat terkena pasak pesawat yang mengenai bawah pipinya.
Saat kejadian, tancapan pasak tersebut membuat Rasyid tak bisa bernafas hingga meninggal dunia pada Selasa, (06/06/2023) kemarin.
Lalu, bagaimana sebenarnya cara kerja pesawat tanpa awak ini?
Baca Juga: 4 Fakta Mahasiswa ITB Meninggal Saat Uji Coba Pesawat Tanpa Awak, Begini Kronologinya
Pasca kejadian tewasnya Rasyid, pihak ITB pun akhirnya buka suara soal cara kerja pesawat tanpa awak ini dan hal yang membuat Rasyid meninggal dunia.
Pesawat tanpa awak ini sudah dipersiapkan sejak lama oleh Rasyid dan teman-temannya yang tergabung di dalam UKM Aksatara untuk mengikuti lomba KTR (Kontes Robot Terbang). Sebelum diikutsertakan dalam lomba, Rasyid dan teman-temannya pun melakukan uji coba terlebih dahulu.
Ketua Program Studi Teknik Mesin ITB Pandji Prawisudha pun menjelaskan cara kerja pesawat tanpa awak ini.
"Iya betul memang saat itu mahasiswa kami itu (Rasyid) sedang melakukan uji coba untuk menerbangkan pesawat tanpa awak. Caranya pesawat tersebut ditarik menggunakan pegas dan dikontrol setelah terbang di udara. Nah saat itu, pasak yang digunakan sebagai pancang pesawat tiba tiba lepas dari tanah dan mengenai almarhum," ungkap Pandji Prawisudha dalam keterangannya pada Rabu (07/06/2023) kemarin.
Tak hanya menjelaskan soal cara kerja pesawat, Pandji pun mengungkap bahwa kejadian ini mengejutkan banyak pihak karena resiko yang diperkirakan terjadi cukup rendah.
Baca Juga: Desain Interior Rumah Bikinan Mahasiswa ITB Terinspirasi Sarang Burung
"Kejadian ini pun cukup mengejutkan kami karena mengingat untuk model pesawat semacam ini tergolong paling rendah risiko. Bobot keseluruhan dari pesawat hanya mencapai 8 kg, tapi karena kondisi tanah agak gembur setelah hujan hujan, sehingga pasak pesawat terlepas dan mengenai mahasiswa kami," lanjutnya.
Pandji pun menuturkan bahwa proyek pesawat tanpa awak ini sudah menjadi salah satu proyek tahunan mahasiswa ITB yang tergabung di dalam UKM Aksatara. UKM ini pun sering kali mengirimkan perwakilan terbaiknya dalam kontes robot terbang mulai dari tingkat regional hingga internasional.
Hal ini yang membuat ITB mengizinkan adanya uji coba pesawat sebelum akhirnya ikut serta di dalam lomba eksternal membawa nama ITB. Kejadian yang terjadi di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung ini pun membuat pihak ITB akan segera mengkaji ulang SOP uji coba pada prototipe percobaan dalam rangka mengikuti kompetisi agar kejadian serupa tak terulang kembali.
Kini, jenazah Rasyid pun sudah dikembalikan ke keluarganya dan dimakamkan sesuai dengan permintaan keluarga.
Kontributor : Dea Nabila