Suara.com - Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, terpidana kasus pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J akan bebas murni dari rutan Bareskrim Polri pada Januari 2024. Diketahui Richard dijatuhi vonis 1 tahun 6 bulan penjara terkait kasus pembunuhan berencana Yosua.
Vonis itu jauh lebih ringan di bawah tuntutan jaksa yang menuntut Richard hukuman 12 tahun penjara. Simak jejak Richard Eliezer di kasus pembunuhan Brigadir J yang akan bebas murni pada 31 Januari 2024 mendatang berikut ini.
1. Awal Kasus Terungkap
Pada Senin, 11 Juli 2022 menjadi permulaan kasus kematian Brigadir J terungkap. Ketika itu narasi yang beredar di publik adalah terjadi tembak menembak antara dua polisi di rumah Ferdy Sambo yang kala itu masih menjabat sebagai Kadiv Propam Polri.
Baca Juga: Senyap dan Tak Terdengar Lagi, eh Bharada E Bebas Murni 31 Januari 2024
Tembak menembak itu terjadi pada Jumat (8/7/2022) sore. Disebutkan awalnya Yosua melakukan pelecehan ke istri Sambo, Putri Candrawathi.
Oleh karena Putri berteriak, Richard yang juga berada di rumah itu mendengar dan bertanya ke Yosua ada peristiwa apa. Namun Yosua justru disebut melepas tembakan ke arah Richard.
Richard disebut-sebut hendak melindungi Putri dan dia sendiri sehingga membalas tembakan Yosua. Alhasil terjadi tembak menembak antara Richard yang berujung tewasnya Yosua.
Meski kabar tersebut langsung menghebohkan publik, Richard tak kunjung muncul. Dia baru pertama kali tampil di hadapan publik ketika menjalani pemeriksaan oleh Komnas HAM pada 26 Juli 2022. Ketika itu menurut Komnas HAM, Richard menjelaskan bahwa dia terpaksa menembak karena Yosua lebih dulu melepaskan tembakan.
2. Jadi Tersangka
Baca Juga: Terlibat dalam Pembunuhan Brigadir J, Bharada E segera Bebas Akhir Januari 2024
Dikarenakan kasus kematian Brigadir J diwarnai sejumlah kejanggalan, polisi membentuk tim khusus untuk menyelidiki perkara itu. Pihak-pihak yang diduga terlibat pun diperiksa oleh kepolisian, termasuk Richard.
Richard kemudian ditetapkan sebagai tersangka pertama kasus kematian Yosua pada Rabu (3/8/2022). Dalam penetapan sebagai tersangka itu, Richard diduga tidak dalam situasi membela diri ketika menembak Yosua sehingga dijerat pasal pembunuhan yang disengaja.
3. Bongkar Skenario
Situasi kemudian berbalik tak lama setelah Richard ditetapkan sebagai tersangka. Richard membuat pengakuan mengejutkan dengan menyebut bahwa Yosua tewas bukan karena terlibat baku tembak dengannya. Richard bahkan membantah ada baku tembak.
Richard mengungkap bahwa tembakan yang diletuskan dari pistol Brigadir J disengaja untuk membuat seolah-olah terjadi peristiwa baku tembak. Richard mengakui dia memang menembak Brigadir J. Namun, penembakan itu dilakukan atas dasar perintah atasannya, Ferdy Sambo.
Tak lama setelah Richard membongkar skenario palsu tembak menembak, polisi menetapkan 4 tersangka lainnya dalam kasus pembunuhan Yosua. Pertama, atasan Richard yang memerintahkan menembak Yosua sekaligus mengarang cerita baku tembak, yakni Ferdy Sambo.
Kemudian ada ajudan Sambo bernama Ricky Rizal atau Bripka RR, dan asisten rumah tangga (ART) Sambo bernama Kuat Ma'ruf. Istri Sambo, Putri Candrawathi juga ditetapkan sebagai tersangka kasus kematian Yosua. Dengan penetapan kelima tersangka, kasus kematian Yosua berubah menjadi dugaan pembunuhan berencana.
4. Dituntut 12 Tahun Penjara
Kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Yosua kemudian bergulir ke kejaksaan. Tak lama kasus ini pun sampai ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) terhitung sejak pertengahan Oktober 2022.
Proses di meja hijau tak sebentar, mulai dari sidang pembacaan dakwaan, pemeriksaan saksi dan ahli hingga pembacaan tuntutan. Hingga kemudian dalam persidangan Rabu (18/1/2023), Richard dituntut 12 tahun pidana penjara oleh JPU karena dianggap sebagai eskekutor Yosua.
Dalam kasus ini, jaksa menuntut Ferdy Sambo dihukum pidana penjara seumur hidup. Sementara itu Putri Candrawathi, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf, jaksa menuntut pidana penjara 8 tahun.
5. Dapat Vonis Paling Ringan
Setelah sidang tuntutan, seluruh terdakwa membacakan nota pembelaan terakhir atau pleidoi. Dalam pleidoinya, Richard meminta dibebaskan dari hukuman karena dia mengaku tak pernah berniat membunuh Brigadir J.
Richard mengaku menembak Yosua karena perintah Sambo. Dia juga mengaku didoktrin secara berulang-ulang oleh Sambo soal pelecehan terhadap Putri Candrawathi hingga membuatnya ketakutan dan tak mampu menolak perintah sang atasan.
Namun permohonan Richard untuk dibebaskan itu tak dikabulkan hakim. Meski demikian, Majelis Hakim PN Jaksel menjatuhkan vonis ringan terhadap Richard yakni 1 tahun 6 bulan penjara.
Richard mendapat vonis paling ringan dibanding 4 terdakwa kasus pembunuhan berencana Brigadir J lainnya. Dalam perkara ini, Sambo divonis mati, Putri Candrawathi divonis pidana penjara 20 tahun, Kuat Ma'ruf divonis 15 tahun penjara dan Ricky Rizal divonis 13 tahun penjara.
Kontributor : Trias Rohmadoni