Suara.com - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mencuri perhatian Presiden Joko Widodo terkait proposal perdamaian tentang perang Rusia dan Ukraina.
Proposal itu disampaikan Prabowo dalam acara International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue 20th Asia Security Summit, Singapura, yang digelar akhir pekan.
Namun, sayangnya proposal itu mendapatkan tanggapan negatif dari Ukraina karena dianggap lebih pro ke Rusia. Terkait hal itu, Presiden Jokowi berencana memanggil Prabowo untuk dimintai penjelasannya.
"Itu dari Pak Prabowo sendiri. Tapi saya belum bertemu Pak Prabowo. Nanti hari ini atau besok akan saya undang. Minta kejelasan apa yang Menhan sampaikan," kata Jokowi di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Lantas seperti apa isi proposal perdamaian itu dan bagaimana kronologinya? Simak ulasany berikut ini.
International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue 20th Asia Security Summit, digelar di Singapura pada akhir pekan.
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto turut hadir dalam acara tersebut dan mengusulkan lima saran perdamaian untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.
Usulan pertama Prabowo adalah kedua negara melakukan gencatan senjata. Kedua, Ketua Umum Partai Gerindra itu mengusulkan agar Ukraina dan Rusia mundur 15 kilometer ke baris belakang dan depan masing-masing negara.
Tak hanya itu, Prabowo mengusulkan keterlibatan pasukan pemantau dan PBB di sepanjang zona demiliterisasi baru kedua negara.
Terkait dengan pasukan pemantau dan PBB, Prabowo mengusulkan agar diisi dengan kontingan dari negara-negara yang disepakati oleh Ukraina dan Rusia.
Lalu terakhir, Prabowo mengusulkan agar PBB mengorganisir dan melaksanakan referendum di wilayah sengketa. Hal ini untuk memastikan secara objektif keinginan penduduk dari sejumlah wilayah sengketa.
"Setidaknya, mari kita coba ajukan beberapa rekomendasi konkret sehingga pertemuan seperti Dialog Shangri-La akan memiliki substansi dan makna yang lebih," kata Prabowo.
Menurut Prabowo, langkah-langkah yang ia usulkan terbilang efektif dan sudah pernah dicoba di Korea.
Lebih dari itu, menurut Prabowo, yang paling mendesak menghentikan permusuhan dengan segera agar warga sipil yang tida berdosa di wilayah konflik dapat terlindungi.
Ukraina Respons Usulan Prabowo
Solusi damai yang diajukan Prabowo ternyata bertepuk sebelah tangan. Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov menolak usulan tersebut.
Masalah referendum menjadi titik berat Ukraina. Ia menegaskan, Rusia dan Ukraina tidak membutuhkan referendum, sebab tidak ada wilayah sengketa yang diperebutkan kedua negara.
Menhan Ukraina itu malah menyatakan kalau negaranya tidak membutuhkan mediator, terlebih dengan usulan seperti yang ditawarkan Prabowo.
Lebih lanjut, ia menyebut usulan tersebut lebih menguntungkan Rusia. Karenanya, menurutnya, satu-satunya solusi perdamaian adalah Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina.
"Di wilayah pendudukan, pasukan Rusia melakukan kejahatan perang, kejahatan pada kemanusiaan dan genosida. Sekarang Rusia berusaha untuk mengganggu serangan balik Ukraina," tambahnya.
Dubes Ukraina temui Prabowo
Usai ditolaknya proposal perdamaian Prabowo oleh Menhan Ukraina di Singapura, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menemui Prabowo di Kantor Kemenhan Jakarta pada Senin (5/6/2023).
Pertemuan itu berlangsung secara tertutup. Namun setelah pertemuan itu, melalui akun instagramnya, Prabowo menyatakan kalau ia dan Hamianin berdiskusi banyak hal terkait situasi global yang terus berkembang secara dinamis.
Dalam kesempatan berbeda, Hamianin juga mengaku telah menerima klarifikasi Prabowo terkait usulan perdamaiannya dan ia mengaku puas dengan klarifikasi tersebut.
Kontributor : Damayanti Kahyangan