Suara.com - Penyelenggaraan Formula E Jakarta pada 3 dan 4 Juni 2023 kemarin menuai polemik. Pasalnya, pihak panitia dan penyelenggara kedapatan membagi-bagi tiket kategori grandstand yang dibanderol dengan harga Rp 1 juta sampai 1,5 juta.
Para pengunjung yang awalnya memiliki tiket festival tanpa akses ke tribun diberikan tiket gratis kategori grandstand. Kursi tribun yang awalnya kosong mendadak penuh terisi penonton.
Menanggapi hal ini, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menilai PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku penyelenggara tak punya pilihan lain agar kursi tribun tak terlihat kosong saat balapan.
"Karena (tiket) tidak terjual habis maka ujungnya adalah yang penting tribun penuh. Kan gitu. Kan itu yang penting, tribun penuh. Dengan tribun penuh ya akhirnya dibagi-bagi," ujar Gembong saat dikonfirmasi, Senin (5/6/2023).
Selain itu, ia menganggap Jakpro yang sempat mengeklaim tiket ludes sebelum hari balapan adalah teknik pemasaran. Tujuannya agar masyarakat tertarik mencari tiket lantaran antusias yang terlihat tinggi.
"Makannya dalam konsep ilmu pemasaran apa yang dilakukan oleh Jakpro tepat semua sudah sold out. Jadi apa fakta soldout itu benar ternyata tidak. Itu adalah trik pemasaran gitu," ucapnya.
Gembong juga menilai tiket yang tak laku ini terjadi lantaran Jakpro dan panitia pelaksana kurang persiapan. Hal ini juga terlihat karena minimnya sponsor yang terlibat.
"Ketika dalam penyelenggaraan Formula E itu. Kelihatan dari situ dari sponsor yang masuk, faktanya tidak maksimal, pihak ketiga yang mensponsori formula e di Ancol ini," ucapnya.
Lebih lanjut, Gembong menunggu hasil evaluasi terhadap laporan penyelenggaraan Formula E tahun ini. Nantinya akan terlihat bagaimana dampak ajang balap mobil listrik itu bagi keuangan Jakpro.
Baca Juga: Media Asing Hembuskan Isu Hubungan Jokowi-Megawati Retak Gegara Ganjar, PDIP Menepis
"Pada akhirnya kita lihat saja audit akhirnya dalam penyelenggraan formula e ini seperti apa. Menguntungkan atau merugikan. Kan gitu," pungkasnya.