Suara.com - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membantahkan pemberitaan media ternama Singapura, The Straits Timesyang menyebut, hubungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengalami keretakan.
Hasto menilai, nara sumber anonim yang diwawancarai The Straits Times memiliki kepentingan politik.
"Mediakan dari narsum (narasumber). Narsum ini kan tidak disebutkan namanya, sehingga punya kepentingan-kepentingan politik tertentu. Pasti dari orang per orang yang memang punya kepentingan politik sendiri, tapi di dalam praktiknya selama ini hubungan (Megawati-Jokowi) sangat baik," tegas Hasto di kawasan GBK, Jakarta Pusat, Minggu (4/6/2023).
Hasto meyakinkan hubungan Jokowi dan Megawai harmonis. Dia mengutip pernyataan yang perntah disampaikan, Jokowi jika Megawati sudah dianggap seperti ibu sendiri.
Baca Juga: Terbuka Bertemu PDIP Bahas Pilpres 2024, Golkar: Harus Ada Gayung Bersambut
"Jokowi juga ngomong, kalau hubungannya dengan Bu Mega ini seperti ibu dan anak, kemudian Mas Gibran, Mas Bobby juga nyaman bersama PDI Perjuangan, all out terkait permasalahan pemerintahan yang berdiri di depan Jokowi itu adalah PDI Perjuangan," tegasnya.
"Kita semua bergerak, mas Ganjar, Mas Bobby, sudah menyatakan karena sudah menjadi bagian dari keluarga besar PDIP untuk tersedia menjadi juru kampanye," sambung Hasto.
Hubungan Jokowi-Megawati Retak
Media asing ternama asal Singapura, The Strait Times, menerbitkan sebuah artikel pada Kamis (1/6/2023) tentang keretakan Jokowi dengan Megawati.
Adapun 'gosip' itu ditulis disebabkan oleh deklarasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai capres partai banteng pada 21 April lalu.
Seorang politisi senior PDIP yang enggan disebutkan namanya memberi tahu The Straits Times soal kekecewaan Jokowi karena hampir tidak ikut dilibatkan oleh Megawati dalam memilih Ganjar sebagai capres.
Sang presiden, katanya sangat terkejut dan tidak menyangka deklarasi pencapresan itu dilakukan pada 21 April.
Lalu, politisi lain yang tak disebutkan namanya juga menyampaikan kekesalan Jokowi kian meningkat usai sarannya direspons dingin oleh Ketum PDIP. Saran itu berupa rekomendasi dua nama calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Ganjar.
Mereka adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Alasannya, karena Sandiaga berperan dalam kemenangan menantu Jokowi, Bobby Nasution, saat pemilihan Walikota Medan 2020. Lalu, keluarga Erick merupakan penyumbang utama dana kampanye Jokowi pada Pilpres 2019.
“Ibu (merujuk pada Megawati) menilai Presiden (Jokowi) terlalu banyak mencampuri urusan internal partai yang bukan bagian dari kewenangannya. Ibu menganggap Jokowi mencampuri urusan parpol, di mana hal itu bukan urusan eksekutif yang harus ditangani," ucap politisi senior PDIP anonim, sebagaimana dikutip The Strait Times.
"Dua tokoh yang diunggulkan Jokowi menjadi cawapres Ganjar (Sandiaga dan Erick Thohir) disikapi dingin oleh Megawati," lanjut politisi tersebut.
Politisi anonim itu kemudian menyebut jika kekecewaan Jokowi membuatnya mempertimbangkan untuk mendukung Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto agar menjadi suksesornya pada Pilpres 2024.