Suara.com - Partai Amanat Nasional (PAN) kini dihadapkan dengan pilihan sulit yakni harus memilih capres yang mereka usung dengan pilihan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, atau Airlangga Hartarto.
Pilihan PAN pada akhirnya juga akan berimbas ke nasib Koalisi Indonesia Bersatu yang dirumorkan akan bubar bila mendeklarasikan dukungan mereka ke Ganjar Pranowo.
Adapun isu PAN bakal dukung Ganjar mencuat ketika partai yang diketuai Zulkifli Hasan bersama jajaran kadernya berkunjung ke kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (2/6/2023).
Zulhas membeberkan bahwa pertemuan tersebut juga diwarnai dengan diskusi terkait masa depan kerja sama antara PDIP dengan PAN.
Baca Juga: Sowan ke Gus Yahya, Warganet Suruh Ganjar Pranowo Tanyakan Hukum Menonton Film Dewasa
"Secara resmi, ini pertama kali kami bersilaturahmi bertemu Bu Megawati (DPP PDI Perjuangan) untuk melakukan pembicaraan penjajakan kerja sama koalisi Pilpres 2024," tulis Zulhas usai melawat Megawati Soekarnoputri dan jajaran politisi PDIP.
PAN dihadapkan pilihan sulit, KIB menanti nasib
KIB yang beranggotakan Partai Golkar, PAN, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut bakal menanti nasibnya di tangan PAN.
Sebelumnya PPP secara resmi menyatakan dukungannya kepada Ganjar Pranowo pada 26 April 2023
Kini tinggal menanti giliran apakah PAN bakal menyusul PPP atau membuat pilihan lain.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah ada Gambar Baliho PDIP Tidak Butuh Suara Umat Islam?
Menjawab dilema yang dihadapi, PAN mengungkap mereka dihadapkan ke tiga opsi yakni mendukung Ganjar, Prabowo, atau juga dapat memilih Airlangga-Zulhas.
Sekjen PAN Eddy Soeparno menegaskan tak ada yang salah ketika Zulhas mendampingi Airlangga sebagai cawapres, sebab baginya partai politik memiliki kewajiban untuk melahirkan kader menjadi pemimpin.
Eddy juga menilai duet Airlangga-Zulhas tentu menjadi cerminan dari kewajiban itu, di mana keduanya merupakan kader terbaik di Golkar dan PAN.
"Bagi sebuah partai, kalau memang putra terbaiknya bisa maju di dalam Pilpres itu merupakan kebanggaan tersendiri. Mesin partai bisa bekerja optimal, caleg-caleg akan bekerja maksimal untuk itu," tutur Eddy.
Golkar tawarkan empat poros
Golkar juga akhirnya angkat suara soal nasib KIB yang kini dipengaruhi oleh situasi politik yang dinamis.
Waketum Golkar Ahmad Doli Kurnia mengaku partainya tetap terbuka ke perubahan politik termasuk terjadinya berbagai poros kubu.
"Dengan posisi kami pemenang pemilu kedua tahun 2019, itu memang sangat dimungkinkan. Misalnya dengan urutan yang ke bawah, sama Gerindra cukup, sama NasDem, PKB cukup, Demokrat cukup, PKS juga cukup, dengan PAN juga cukup, apalagi dengan PDIP ke atas makin cukup lagi," papar Doli.
Kontributor : Armand Ilham