Analis Beberkan Deretan Dampak Bahaya Kalau Jokowi Cawe-cawe di Pilpres 2024

Jum'at, 02 Juni 2023 | 11:17 WIB
Analis Beberkan Deretan Dampak Bahaya Kalau Jokowi Cawe-cawe di Pilpres 2024
Tangkap layar Presiden Joko Widodo memberikan amanat dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Monas, Jakarta, seperti ditayangkan dalam YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (1/6/2023). ANTARA/Mentari Dwi Gayati
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai ucapan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang mengaku ikut campur atau 'cawe-cawe' dalam Pilpres 2024 telah ke luar dari norma dan tradisi demokrasi yang sehat.

Menurut dia, tindakan Jokowi untuk ikut terlibat dan menyatakan secara terbuka tidak akan netral dalam rangkaian proses Pemilu 2024 adalah hal yang tidak lazim di negara demokrasi.

Sebab, lanjut dia, cawe-cawe presiden dalam menentukan calon penerusnya bisa menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan terhadap proses politik yang lebih luas. Masyarakat disebut perlu skeptis dengan alasan Jokowi cawe-cawe politik yang katanya untuk bangsa dan negara.

"Alih-alih demi kepentingan 'bangsa dan negara', Jokowi lebih ingin melindungi kepentingan pribadi dan kelompoknya, mempertahankan pengaruh politiknya, imunitas hukum dari kemungkinan atas kebijakan yang bermasalah ditemukan di kemudian hari," kata Pangi, Jumat (2/6/2023).

Baca Juga: Mendadak Dirayu, Erina Gudono Curiga Kaesang Pangarep Ingin Maju di Pemilu 2024

Lebih lanjut, Pangi menjelaskan lima dampak negatif yang dinilai serius sebagai akibat dari campur tangan Jokowi pada Pilpres 2024 mendatang.

"Pertama, netralitas institusi. Campur tangan Jokowi dapat mengaburkan garis pemisah antara kekuasaan eksekutif dan lembaga negara lainnya," ujar Pangi.

CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting itu menyebut hal ini berpotensi merusak integritas lembaga negara, menciptakan kesan bahwa keputusan politik dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau partisan.

"Kedua, pengurangan pluralitas dan partisipasi. Campur tangan Jokowi dalam menentukan penerusnya bisa mengurangi pluralitas politik dan partisipasi warga negara," lanjut dia.

Pengamat Pangi S Chaniago menilai ada perubahan selera figur pemimpin di Pemilu 2024. [ANTARA]
Pengamat Pangi S Chaniago menilai ada perubahan selera figur pemimpin di Pemilu 2024. [ANTARA]

Kemudian, dampak negatif ketiga ialah potensi kekuasaan berlebihan. Dalam hal ini, cawe-cawe Jokowi dinilai bisa menimbulkan kekhawatiran tentang akumulasi kekuasaan yang berlebihan.

Baca Juga: Cerita Pedagang saat Jokowi Mau Makan Bakmi di Jogja yang Pernah Disambangi Megawati

"Jika presiden terlibat secara aktif dalam menentukan calon penerusnya, hal itu dapat menciptakan ‘preseden’ yang berbahaya di mana presiden memiliki kendali penuh terhadap proses politik dan pemilihan," tuturnya.

Selanjutnya, kata dia, pemerintah akan kehilangan kepercayaan publik. Sebab, Jokowi disebut bisa merusak kepercayaan publik (distrust) terhadap proses pemilihan dan integritas lembaga-lembaga terkait.

"Kelima, pembatasan inovasi politik. Dengan campur tangan presiden dalam menentukan penerusnya, ada risiko terjadinya stagnasi politik," lanjut Pangi.

Hal ini menyebabkan calon-calon presiden yang memiliki visi baru, gagasan inovatif, atau perspektif yang berbeda, berpotensi untuk terhalang oleh pengaruh presiden saat ini.

"Presiden Jokowi cawe-cawe, tetap menyimpan masalah, ada potensi abuse of power, presiden masih punya kendali total terhadap infrastruktur dan suprastruktur pemilu 2024," tandas Pangi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI