Apa Itu Neoshamanisme? Praktik Perdukunan yang Diduga Diikuti Bule Telanjang di Bali

Darja Tuschinski diduga mengalami gangguan jiwa akibat mengikuti praktik perdukunan baru yang disebut neoshamanisme. Alhasil, ia tampil bugil di di sebuah pementasan tari.
Suara.com - Seorang bule perempuan asal Jerman bernama Darja Tuschinski membuat heboh publik karena aksinya telanjang bulat di atas panggung saat pementasan tari Bali. Peristiwa itu terjadi di Puri Saraswati, Ubud,pada Senin Malam (22/5/2023) lalu.
Menanggapi hal itu, Psikiater Rumah Sakit Universitas Udayana Krisna Aji mengatakan, bule telanjang di pentas tari Bali itu mengalami gangguan kejiwaan yang berat.
Bahkan, menurut dia, bule asal Jerman itu terindikasi mengikuti metode perdukunan baru yang disebut dengan neoshamanisme.
Meski disebut terkait dengan praktik perdukunan neoshamanisme, pihak kepolisian menduga Tuschinski mengalami depresi karena kehabisan uang.
Baca Juga: Tanpa Tyronne Del Pino saat Jamu Bali United, Persib Bakal Sulit Cetak Gol?
Lalu apakah itu neoshamanisme? Berikut ulasannya.
Neoshamanisme disebut-sebut sebagai praktik perdukunan baru atau jenis spiritualisme baru. Praktik yang dilakukan sama sepeti pengobatan pada umumnya, mulai dari meditasi hingga mengonsumsi obat-obatan herbal.
Namun metode pengobatan dan obat herbal yang digunakan belum diketahui pasti asalnya. Menurut Krisna, hal itu diduga membuat sejumlah orang yang mengikuti neoshamanisme seringkali mengamuk usai mengetahui kondisinya di rumah sakit.
Krisna menambahkan, praktik neoshamanisme melakukan semacam mindfulness atau kesadaran penuh yang dilakukan pada banyak orang. Alhasil, praktik ini dapat berujung dengan bakat psikopatik seseorang yang kian membesar.
Krisna juga menjelaskan, seseorang yang mengalami gejala psikotik harus segera dibawa ke psikiater atau rumah sakit jiwa. Sebab orang yang mengalami gangguan jiwa jenis psikotik bisa berujung pada tindakan bunuh diri.
Baca Juga: Rute Baru AirAsia yang Dinanti Wisatawan: Adelaide ke Bali Kini Tanpa Transit
Lebih lanjut, Krisna mengatakan, gangguan kejiwaan bisa dibagi menjadi dua klister, yakni neurotik dan psikotik.