Suara.com - Borobudur adalah salah satu monumen Budha yang paling luar biasa di dunia. Terletak di Lembah Kedu, Jawa Tengah, Borobudur merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Mari selami lebih dalam sejarah Candi Borobudur secara lebih mendalam.
Sejarah Candi Borobudur: Selama Tahap Konstruksi
Tidak ada catatan tunggal yang diketahui tentang konstruksi atau tujuan pendirian candi Borobudur. Sejarawan memperkirakan durasi konstruksi dengan membandingkan relief berukir di kaki tersembunyi candi dan prasasti yang secara tradisional digunakan dalam piagam kerajaan pada abad ke-8 dan ke-9.
Diyakini bahwa Borobudur didirikan sekitar tahun 800 Masehi. Ini sesuai dengan periode puncak pemerintahan dinasti ailndra, yang mencakup tahun 760 hingga 830 Masehi. Pembangunannya diperkirakan memakan waktu 75 tahun dan selesai pada 825 M pada masa pemerintahan Samaratungga.
Pada saat itu, pembangunan candi Borobudur dan candi Budha pada umumnya dimungkinkan karena izin yang diberikan oleh Rakai Panangkaran dari dinasti Sanjaya, yang adalah seorang raja, kepada penganut Buddha untuk membangun candi tersebut.
Bahkan, untuk menunjukkan rasa hormatnya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada masyarakat Buddha, seperti yang tertulis dalam Piagam Kalasan tertanggal 778 Masehi.
Sejarah Candi Borobudur: Terbenam dan Ditemukan Kembali
Selama berabad-abad, Borobudur tersembunyi di bawah lapisan abu vulkanik dan vegetasi hutan. Alasan pasti di balik pengabaiannya tetap menjadi misteri. Suatu saat antara 928 dan 1006 M, Raja Mpu Sindok memindahkan ibukota Kerajaan Medang ke wilayah Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi.
Tidak dikonfirmasi apakah ini penyebab utamanya hingga Candi Borobudur terbenam abu vulkanik, tetapi berbagai sumber menyebutkan ini sebagai alasan yang paling masuk akal kenapa Candi Borobudur bisa terbenam dalam abu vulkanik dan vegetasi hutan.
Baca Juga: Cara Beli Tiket Festival Lampion Waisak Borobudur 2023, Buruan Pesan Kuota Terbatas!
Tidak sampai tahun 1835 ketika Borobudur akhirnya digali. Prosesnya dimulai pada tahun 1814 ketika insinyur Belanda Hermann Cornelius, yang pada tahun 1806-7 telah menemukan kompleks Sewu, mulai menebang pohon, membakar vegetasi dan menggali tanah dengan 200 anak buahnya untuk mengungkap monumen secara utuh.