Di Ruang Sidang MK, Said Iqbal Minta UU Cipta Kerja Dibatalkan

Selasa, 23 Mei 2023 | 18:31 WIB
Di Ruang Sidang MK, Said Iqbal Minta UU Cipta Kerja Dibatalkan
Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyampaikan orasi saat memimpin massa aksi di Kawasan Patung Kuda Arjuna, Jakarta Pusat, Sabtu (14/1/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyampaikan pokok-pokok permohonannya kepada Mahkamah Konstitusi perihal uji formil Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2023 tentang penetapan Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi undang-undang.

Dia menyebut proses pembentukan undang-undang tersebut menunjukkan bahwa UU Cipta Kerja hanya sebuah akal-akalan DPR.

"Dalam prosesnya ternyata terbukti tidak pernah satu kalipun kami diundang dan hanya berdasar UU P3 yang sudah disahkan terdahulu maka mereka menyatakan proses pembuatan UU Nomor 6/2023 yang mengesahkan Perppu Nomor 2/2022 sudah sesuai," kata Said di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (23/5/2023).

Untuk itu, dia merasa ketenagakerjaan dan petani sangat dirugikan dalam mekanisme pembuatan UU tersebut karena tidak satupun pokok-pokok gagasan yang diterima.

Baca Juga: Polda DIY Pastikan Tak Ada Penambahan Tersangka dalam Kasus Penembakan di Girisubo

Lebih lanjut, dalam permohonannya, Said menilai penetapan UU Cipta Kerja tidak sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020 dan bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum.

"Tindakan Presiden dan DPR yang mengabaikan putusan MK jelas dan secara nyata bertentangan dengan prinsip negara hukum yang menghendaki bahwa seluruh lembaga negara termasuk lembaga pembentuk undang-undang harus tunduk dan taat pada hukum (konstitusi) termasuk pada putusan MK yang bersifat final dan mengikat," tutur Said.

Menurut dia, pembentuk UU yang tidak taat pada putusan MK menunjukkan bahwa putusan peradilan yang mengikat menjadi mitos.

Hal itu, lanjut Said, menunjukkan wujud nyata konstitusionalisme semu, tumpulnya fungsi checks and balances peradilan konstitusi terhadap kekuasan eksekutif dan legislatif.

"Konsekuensinya sangat mahal, prinsip rule of law, demokrasi konstitusional dan hak-hak konstitusional warga negara bisa tergadaikan. Akumulasi dari semua itu, akan bermuara pada lahirnya unconstitutional dictatorship," tutur dia.

Baca Juga: Presiden dan DPR Belum Siap, MK Tunda Sidang Uji Materiil UU Kejaksaan

Dengan begitu, dalam petitumnya, Partai Buruh meminta MK menyatakan bahwa pembentukan UU Cipta Kerja tidak memenuhi ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan UUD 1945 dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI