Suara.com - Kasus pemalakan yang dilakukan anggota ormas bernama Rudi Boy kepada sopir truk menjadi sorotan. Apalagi, Rudi dalam melakukan aksinya menggunakan pakaian loreng oranye dan hitam, sehingga diduga anggota ormas Pemuda Pancasila (PP).
Namun, hal itu buru-buru diklarifikasi oleh Ketua PAC PP Rancabungur, Sumantri. Ia menyampaikan bahwa Rudi bukanlah anggota dari Pemuda Pancasila Rancabungur.
Sebelumnya, Rudi memalak seorang sopir truk karena dianggap melintas di daerah kekuasaannya. Aksi pemalakan Rudi menjadi viral setelah sopir truk yang menjadi korban merekam kejadian, lalu menyebarluaskannya di media sosial.
Sementara itu, organisasi masyarakat atau ormas PP sendiri adalah salah satu organisasi kepemudaan yang sudah lama berdiri di Indonesia, bahkan sejak masa Orde Lama.
Baca Juga: 5 Fakta Rudi Boy, Anggota Ormas Palak Sopir Truk: Ternyata Eks Napi
Lalu, bagaimana sejara ormas Pemuda Pancasila dapat berdiri hingga kini? Siapa tokoh masyarakat di baliknya?
Sejarah Pemuda Pancasila
Pemuda Pancasila didirikan pada 28 Oktober 1959, di mana anggotanya saat itu kebanyakan merupakan anak dari para tentara.
Pada awalnya, organisasi itu dibentuk oleh para petinggi petinggi militer dengan tujuan untuk melindungi NKRI dari bahaya laten yang disebabkan komunis atau PKI pada saat itu.
Itu sesuai dengan visi misi Pemuda Pancasila, yakni untuk terus memberdayakan pemuda yang berlandaskan Pancasila dan NKRI. Selain itu, PP dibentuk untuk melahirkan generasi-generasi baru yang berpegang teguh terhadap konsistusi negara.
Baca Juga: Prabowo Sebut Banyak Ormas Anggotanya Sedikit, Kegiatan Tidak Ada, Tapi Rajin Kirim Proposal
Awal pembentukan PP ini juga diboncengi oleh Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Diketahui IPKI ini adalah partai yang dipelopori oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution dan para kolega militernya.
Oleh karena itu, pada zaman Orde Lama, keberadaan para anggota Pemuda Pancasila sangat dihormati. Anggota PP juga memiliki fungsi dalam keamanan dan pertahanan.
Namun, para anggota Pemuda Pancasila juga dinilai cenderung berubah poros. Meskipun keanggotaan PP semakin meluas, namun ideologi yang ditanamkan oleh para leluhur PP tampak mulai sirna.
Hal tersebut bermula saat Pemuda Pancasula mulai menerima banyak anggota yang bukan berlatarbelakang militer atau anggota keluarga militer. Bahkan keberadaan anggota PP kerap memicu kontroversi di kalangan masyarakat.
Meski demikian, keanggotaan PP, baik di tingkat regional dan nasional hingga sekarang diisi oleh para pejabat lembaga dan kaum elite lainnya.
Kontributor : Dea Nabila