Suara.com - Kasus penembakan salah seorang pengunjung acara Rasulan Girisubo, Gunungkidul menyisakan luka yang mendalam bagi keluarga. Korban bernama Aldi (19) tewas tertembak peluru dari senjata api polisi yang berjaga dalam acara tahunan tersebut.
Peluru dari senjata api polisi tersebut mengenai punggung Aldi dan membuatnya bersimbah darah. Namun, nyawa Aldi tak sempat diselamatkan usai dibawa ke rumah sakit terdekat.
Acara Rasulan Gunungkidul ini sendiri menjadi salah satu acara tahunan yang ditunggu- tunggu oleh warga sekitar Gunung Kidul, Yogyakarta.
Kegiatan ini biasanya dimulai dengan melakukan bersih - bersih di desa mereka. Para warga biasanya antusias dengan kegiatan kerja bakti di sekitar lingkungan mereka. Selain mempererat silaturahmi, acara ini juga memberikan kesan dari gotong royong.
Baca Juga: Sejarah Ngubek Empang, Tradisi Lebaran Betawi Depok
Semaraknya acara rasulan ini juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan yang ditampilkan oleh para warga sekitar, seperti pertunjukan reog, ketoprak, wayang, hingga kegiatan pementasan kesenian lainnya.
Adapun acara puncak dari Rasulan ini dilakukan dengan mengadakan semacam kirab mengelilingi desa-desa terdekat. Semua peserta kirab biasanya mengenakan aksesoris tradisional ataupun kostum yang unik untuk di pertontonkan kepada parpengunjung kirab.
Biasanya, kostum-kostum yang dikenakan para peserta merepresentasikan kehidupan masyarakatnya.
Contohnya seperti kelompok petani yang memakai caping dan cangkul, guru-guru yang memegang buku, siswa- siswi sekolah yang menggunakan seragam sekolah, kelompok seni dengan seragam atau kostum sebagai identitasnya, klub sepak bola dengan seragam bolanya, dan masih banyak lagi.
Acara Rasulan ini juga biasanya diadakan untuk mengenang jasa para pahlawan. Peserta kirab juga ada yang mengenakan seragam tentara dengan meriam tiruan dari bambu sebagai lambang dari ketahanan dan keamanan selama jaman penjajahan.
Baca Juga: Melihat Tradisi Ngubek Empang di Bojongsari Depok
Selain menggunakan berbagai macam aksesoris, acara Rasulan ini juga merupakan wujud dari syukur masyarakat atas panen yang melimpah. Hasil panen seperti pisang, jagung, kacang, sayuran, padi, dan lain sebagainya sengaja dibawa selama kirab dan dibentuk semacam menara tinggi sebagai wujud syukur tersebut.
Warga sekitar pun biasanya membuat masakan spesial untuk tamu- tamu mereka. Hal ini mirip dengan tradisi lebaran dimana seseorang datang ke tempat kerabatnya kemudian menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah.
Kontributor : Dea Nabila