Suara.com - Aktivis dan fotografer aksi mahasiswa 1998 Firman Hidayatullah menceritakan kesaksiannya ketika demonstrasi besar-besaran yang dilakukan mahasiswa pada 1998 hingga berhasil menggulingkan Presiden Soeharto dari jabatannya usai 32 tahun berkuasa.
Dia menjelaskan demonstrasi mahasiswa pada 12 Mei 1998 tidak bergerak sendiri, tetapi juga didorong perlawanan-perlawanan sebelumnya. Mereka saat itu menjadi pendamping bagi rakyat dengan berbagai permasalahan.
"Gerakan 98 tidak dibangun sendiri tapi dibangun oleh gerakan-gerakan perlawanan sebelumnya terhadap konflik tanah-tanah rakyat, sutet, Kudatuli, nelayan Ancol Timur, dan perlawanan-perlawanan dari rakyat," kata Firman di Graha Pena 98, Jakarta Pusat, Selasa (16/5/2023).
"Mahasiswa pada saat itu mendampingi. Lalu menjadi solid pada saat 98 karena trigger-nya ekonomi," lanjut dia.
Baca Juga: Hobi Unik Presiden Soekarno dan Soeharto: Suka Nyanyi di Kamar Mandi
Waktu itu, lanjut Firman, nilai dolar Amerika Serikat mencapai Rp18 ribu. Hal itu menyebabkan tingginya harga-harga bahan pokok.
Firman yang gemar fotografi harus membeli film seharga Rp 36 ribu hingga Rp 40 ribu. Namun, dia bertepat untuk mengabadikan momen-momen bersejarah pada 1998.
"Saya tidak bisa bersombong diri bahwa 'ini karya gue' karena yang berdarah dan berkeringat itu teman-teman, I just push the trigger, saya hanya mencet tombol kamera tapi yang bertaruh nyawa, mempertaruhkan lehernya pada penguasa itu teman-teman (aktivis mahasiswa)," tandas Firman.