Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung menyoroti aksi Parai Solidaritas Indonesia (PSI) yang membuat istilah baru 'Jokowisme' yang merujuk pada Presiden Jokowi.
Rocky menilai langkah PSI membuat istilah dengan mengaitkan tokoh poitik tersebut menimbulkan pertanyaan. Pasalnya, langkah tersebut memang populer di Amerika dan Eropa namun PSI dinilai belum memahami tujuannya.
"Kita tahu ada Reaganisme (Ronald Reagan) atau Thattcherisme, ada ideologi di situ. Kalau dulu Readanomics dianggap berhasil karena memanfaatkan prinsip libertarian Amerika, demikian juga Margaret Thatcher," kata Rocky Gerung dilansir dari tayangan Youtube Rocky Gerung Official.
Mantan dosen Universitas Indonesia ini menilai bahwa pemahaman istilah cukup penting dalam keputusan PSI membuat "Jokowisme"ini.
Baca Juga: Mencoba Jajal Ruas Jalan Kota Jambi-Sungai Gelam, Jokowi: Rusak Parah!
"Isme itu kalau kita tanyakan pada mereka yang mengusulkan, 'Anda mengerti nggak apa arti isme di belakang kata Jokowi?' bahkan sebagai Nomics saja itu enggak ada," cecar Rocky.
Istilah Jokowisme dinilai belum memenuhi kriteria untuk memiliki makna ideologi.
"Kan nggak ada keteraturan berpikir pada Pak Jokowi, tiba--tiba pro BLT, tiba-tiba pro oligarki, di mana isme-nya itu?" tanya Rocky.
Tak hanya Jokowi, PSI pun jadi sasaran kritik Rocky Gerung lantaran tak memiliki pemahaman arti pembuatan istilah tersebut.
“Jadi buta huruf pengertian-pengertian ini yang diajukan PSI itu memperlihatkan partai ini tak punya modal pengetahuan tentang apa yang disebut isme,” kritik Rocky.
Baca Juga: PSI Dinilai Cocok dengan Gibran Rakabuming
Sebelumnya, partai yang diketuai Giring Ganesha tersebut mengeluarkan istilah 'Jokowisme' dalam salah satu unggahan sosial medianya.
PSI menyebut bahwa Jokowisme berarti kemajuan dari seorang presiden menjadi sebuah gagasan.
"Jokowi tumbuh bersama kekuasaan. Ia tak lagi sekadar presiden, tapi menjelma menjadi sebuah gagasan, ide besar tentang Indonesia yang hebat, Indonesia yang maju, tanah air yang membanggakan. Itulah Jokowisme," demikian bunyi keterangan PSI.
Disclaimer:
Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.