Suara.com - Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo, mendatangi pameran foto soal 25 tahun reformasi di Graha Pena 98, Jakarta Pusat, Sabtu (13/5/2023). Dalam momen itu Ganjar mengenang Tragedi Trisakti yang terjadi pada 1998.
Ganjar bercerita kala itu memang dirinya sedang berada di Jakarta. Suasana di sana-sini saat itu kata Ganjar, sangat kacau atau pun chaos.
"Sudah di sini (Jakarta), saya ingat kejadian trisakti. Siang lah ya saya dari Tanah Abang 3 tuh, jadi bajuku itu kuning ya bukan merah, saya masih ingat belinya di Tanah Abang. Pas itu maunya ngelayat di Trisakti, ternyata saat itu terjadi kebakaran beberapa tempat," kata Ganjar di lokasi.
"Fly over depan Trisakti itu 'bletak' saya masih ingat ada truk itu ada anak lari, turun turun turun. Diambilin kain, dimasukin ke tangkinya, dibakar tapi nggak meledak-meledak, kebakarannya agak lama," sambungnya.
Ia kemudian mengingatkan adanya momen seorang tertembak dalam kejadian tersebut. Korban yang dilat saat itu merupakan wartawan berasal dari Inggris.
"Saya ingat ada wartawan kalau nggak salah dari Inggris waktu itu motret-motret tembakan der der der. Dia ketembak di depan saya, ada percikan itu, saya kira nggak karet itu," tuturnya.
Ganjar mengaku kala itu sempat mengevakuasi seorang wartawan asing yang tertembak tersebut.
"Akhirnya saya di belakangnya, saya tangkap, saya pinggirin, ada darahnya itu. Saya lari-lari depan Trisaksi. Jadi yang saya ingat kejadian yang agak dramatik itu ya," ujarnya.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan memang yang namanya kekuasaan tidak bisa dipegang terlalu lama. Menurutnya, tuntutan yang diteriakan pada momen itu meminta agar kekuasaan tak dipegang terlalu lama.
"Tuntutan saat itu kan satu aja ya, nggak boleh lama-lama kekuasaan, harus dibatasi. Semua ada batasnya, tuntutan yang utama sebenarnya saat itu ya itu," pungkasnya.