Suara.com - Memutar waktu sebelas tahun lalu di hari ini, 9 Mei 2012 tragedi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak Gunung Salak di Jawa Barat terjadi. Kronologi kecelakaan berawal dari Pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 yang menghilang dalam perjalanan uji coba dari Bandara Halim Perdanakusuma.
Hasil investigasi yang dirilis Kementerian Perhubungan menyatakan Pesawat SSJ-100 mengalami kecelakaan saat melakukan joy flight.
Pesawat tersebut sempat hilang dari pantauan di titik koordinat 06.43 menit 08 detik lintang selatan dan 106.43 menit 15 detik bujur timur. Pesawat hilang kontak sekitar pukul 14.33 setelah mengudara selama 30 menit. Akibat kecelakaan tersebut 45 orang yang berada di pesawat, terdiri dari 37 penumpang dan 8 kru tewas secara mengenaskan.
Kronologi Penerbangan SSJ-100
Baca Juga: Fakta Mengerikan Temuan Tengkorak Mayat Wanita Pakai Payung di Gunung Salak
Awalnya penerbangan SSJ-100 ini merupakan rangkaian perjalanan uji coba Welcome Asia yang diadakan di seluruh wilayah Asia Tengah dan Asia Tenggara.
Sebelum menyambangi Indonesia, pesawat yang sama melakukan uji coba di Kazakhstan, Pakistan, dan Myanmar. Demo penerbangan ini menarik atensi masyarakat dengan disebarnya seratus undangan untuk mengikuti joy flight dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Pelabuhan Ratu dan sebaliknya.
Kecelakaan nahas ini terjadi pada kloter kedua. Padahal, penerbangan pertama berjalan dengan lancar. Belakangan diketahui bahwa pilot Alexander Yablonstev yang memimpin penerbangaan baru pertama kali menerbangkan pesawat di Indonesia. Yablonstev sempat meminta izin untuk menurunkan ketinggian dari 10.000 kaki (3.000 m) ke 6.000 kaki (1.800 m).
Otoritas Pemandu Lalu Lintas Udara memberikan izin sekaligus menjadi komunikasi terakhir pesawat dengan menara pengawas penerbangan.
Pukul 14:33 WIB, petugas bandara tidak bisa berkomunikasi dengan pesawat SSJ-100. Sehari setelah terbang, 10 Mei 2012 pukul 09:00 WIB, tim pencarian yang berasal dari sejumlah institusi menemukan reruntuhan Superjet Sukhoi ditemukan di Gunung Salak pada ketinggian 1500 meter.
Baca Juga: BMKG Buka Suara Terkait Badai Hari Ini 28 Desember 2022, Ini Dia Jawabannya
Laporan awal menyebut bahwa pesawat menabrak tepi tebing di ketinggian 6.250 kaki (1.900 m), meluncur menuruni lereng dan berhenti di ketinggian 5.300 kaki (1.600 m). Lokasi reruntuhan pesawat yang berada di ketinggian dengan jalur terjal membuat petugas kesulitan untuk mengevakuasi para korban.
Dikutip dari berbagai sumber, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada Desember 2012 mengumumkan penyebab kecelakaan Sukhoi Superjet 100.
KNKT sebut jatuhnya SSJ-100 bukan disebabkan karena kerusakan sistem. Berdasarkan data yang didapat dari kotak hitam (blackbox) pesawat, baik Flight Data Recorder (FDR) maupun Cockpit Voice Recorder (CVR), diketahui tidak ada tanda-tanda kerusakan pada pesawat selama penerbangan. Instrumen peringatan bahaya di pesawat juga berfungsi dengan baik dan memberikan peringatan dengan benar.
Tujuh detik sebelum tabrakan, peringatan berupa suara yang memperingatkan roda belum diturunkan berbunyi. Dari rekaman blackbox diketahui awak pesawat sempat bertanya kenapa instrumen TAWS berbunyi, dan tabrakan kemudian terjadi tanpa kesempatan manuver recovery oleh awak pesawat.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni