Suara.com - Kisah kurir paket barang yang berjuang berharap bonus di musim lebaran. Tak jarang, berbagai hambatan harus mereka hadapi dalam menjalankan profesi sebagai pengirim paket barang pelanggan. Bahkan ada yang kehilangan motornya saat bekerja mengantar paket.
Reporter Suara.com, Faqih Fatgurrahman berkesempatan mengikuti keseharian seorang kurir paket barang di Jakarta.
TERIK matahari membuat kaos yang kupakai kuyup siang itu. Keringat bercucuran tak terbendung.
Jam tangan pintar yang aku kenakan menunjukan banyak pemberitahuan pesan singkat. Namun ku abaikan, mataku fokus memperhatikan Muhammad Khadafi, seorang kurir jasa pengiriman yang sibuk mengetuk pintu rumah seseorang seraya menenteng paket.
Baca Juga: Nursyah Tak Mau Sebut Anak Arie Kriting Cucu, Hanya Anak Indah Permatasari
“Permisi paket,” ucapnya lantang, di depan pagar rumah orang dalam sebuah gang di wilayah Kemanggisan, Jakarta Barat, Selasa 18 April 2023.
Tangan kanan Khadafi kemudian merogoh saku sweternya yang kusam, ambil polsel. Paket itupun difotonya, lalu dilempar masuk ke dalam pagar.
“Gak kenapa-kenapa. Bukan barang pecah belah,” ucapnya.
Tak lama ia kembali menuju kuda besinya. Mengambil paket dalam karung. Sejurus motornya melaju, namun hanya beberapa meter saja. Kemudian terhenti kembali.
“Paket, ini rumahnya Syafira?”
Baca Juga: AP 1 Layani 3,9 Juta Penumpang Mudik-Balik
“Iya,” sahut Bapak tua yang sedang duduk depan rumah.
“Rp 43 ribu.”
“Sebentar. Ini kembaliannya ambil aja.”
“Makasih,” ucap Khadafi sembari memasukan uang dalam tas pinggangnya.
Khadafi kemudian melanjutkan perjalanan untuk mengantarkan paket. Sebagai seorang pengantar paket, Khadafi cukup cekatan.
Gerakannya sat-set mengejar waktu agar targetnya terpenuhi sebelum tanggal 25. Jika tidak maka bonus yang dijanjikan tidak turun.
Kebanjiran Paket
Momentum Lebaran Idul Fitri membuat semangat berbelanja masyarakat meningkat. Sehingga jasa pengiriman atau ekspedisi kebanjiran orderan.
Paket yang menunpuk di gudang penyimpanan membuat para kurir kesulitan dalam mensortir paket mereka.
“Buat jalan aja susah, bener-bener gak ada ruang kosong.”
Paket barang menumpuk di dalam gudang, membuat Khadafi terpaksa mensortir barang di belakang area gudang.
Gudang berukuran sekitar 10x15 meter itu penuh sesak. Terlebih ukuran paket yang terkadang besar cukup memakan banyak tempat.
Sebelum melakukan pengiriman, kurir biasanya melakukan sortir barang. Hal itu untuk memudahkan mereka dalam pengantaran.
Paket-paket tersebut disortir berdasarkan alamat domisi pengiriman. Setelahnya barulah paket tersebut diantar ke rumah pemesan yang tertera.
Para kurir dipacu terus berlomba dengan waktu untuk mengantarkan paket. Pasalnya bonus menggiurkan dijanjikan bagi setiap kurir yang melewati batas pengiriman.
“Kalau sebulan kita target 2.400 paket. Kalau sebelum tanggal 25 batas itu udah lebih maka ada bonus. Satu paket bonus Rp 1.200,” tuturnya.
Kostumer COD
Dalam praktikya, mengantarkan paket tidak semudah yang diperkirakan banyak orang. Tidak semua orang kini membeli barang lewat online menggunakan metode transaksi digital.
Banyak pelanggan Khadafi yang senang menggunakan metode pembayaran di tempat alias Cash on Delivery (COD).
Khadafi berpendapat jika metode pembayaran ini memakan waktu yang cukup ekstra lantaran ia harus menunggu pemesan paket membayar paketnya.
“Kalau COD cukup makan waktu, karena kami kan harus nunggu orangnya keluar. Kadang kalau orangnya lagi gak di rumah terpaksa harus balik lagi besok atau paket di reschedule,” ucap dia.
Terkadang, kata Khadafi, hal itu menghambat dirinya untuk mendapatkan bonus.
“Harusnya udah toga paket kita anterin, ini malah baru satu karena nunggu tadi itu,” jelasnya.
Khadafi juga pernah punya pengalaman yang tidak mengenakkan soal sistem pembayaran COD. Ia pernah dibohongi pelanggan saat mengirim paket COD.
“Jadi dia bilang katanya mau ditransfer, tapi ditransfernya malah besokannya. Saya jadi nombok.”
Setelah peristiwa itu, Khadafi tidak langsung percaya jika ada pelanggan yang ingin melakukan transfer. Meski pelanggannya sudah dikenalnya.
“Waktu itu untung cuma Rp 100 ribu.”
Cuaca yang tidak menentu pun menjadi hambatan tersendiri bagi kurir pengantar paket seperti Khadafi, pria berusia 22 tahun ini paling takut jika cuaca hujan. Selain bisa merusak paket, hujan juga bisa membuat waktunya terbuang.
“Ya emang selain takut paketnya rusak, tapi hujan bikin kerjaan jadi terhambat,”terangnya.
Sementara, target ribuan paket harus dikirim sebelum waktu yang ditentukan agar bonus bisa keluar.
“Kalau gak capai target, cuma dapat (upah) UMR saja.”
Kehilangan paket
Sebagai pengirim paket, Khadafi juga pernah mengalami hal pahit dalam bekerja. Selain menalangi paket pelanggannya, Khadafi juga pernah kehilangan paket saat sedang mengantar barang.
Kegetiran itu dirasakan Khadafi saat ada pelanggan yang COD tidak ada ditempat. Terpaksa dia harus mengirimkan ulang barang pesanan ke esokan harinya.
Ia pun pernah kehilangan barang saat hendak mengantarkan. Barang tercecer di jalan karena tidak terikat kencang di motornya.
“Yaudah saya hubungi pemesannya, suruh pesan ulang. Terus paketnya yang ilang saya yang bayarin, waktu itu cuma Rp50 ribu.”
Namun kepahitan begitu terasa bagi Idzhar Fadliansyah. Kurir ekspedisi ini kehilangan motor Honda Beat yang biasa digunakannya untuk mengantar paket raib digondol maling.
Motornya hilang saat ia parkirkan di pinggir Jalan depan rumahnya. Pada saat itu, ia sedang masuk ke dalam rumah.
“Seketika raib, cepat bangat kayak kunci nyantel. Padahal mah kunci saya bawa masuk ke dalam,” ucap Idzhar.
Idzhar menuturkan, kondisi lingkungan rumahnya saat itu sedang sepi. Yang biasanya ada anak-anak bermain, namun saat itu tidak ada karena sudah musik mudik lebaran.
“Mungkin udah mau lebaran.”
Peristiwa kemalingan ini sudah dilaporkannya ke Polsek Tebet. Namun belum ada perkembangan hingga saat ini meski wajah pencuri terekam kamera pengawas (CCTV).