Ki Hajar Dewantara menerapkan tiga semboyan dalam setiap sistem pendidikan, khususnya di Taman Siswa. Secara filosofis semboyan tersebut menerangkan bagaimana peranan seseorang. Tiga semboyan ini berasal dari bahasa Jawa. Berikut adalah bunyi dan maknanya:
1. Ing ngarsa sung tuladha, artinya ketika di depan kita harus memberi contoh atau suri tauladan bagi mereka yang berada di tengah dan juga belakang.
2. Ing madya mangun karsa, artinya saat di tengah kita harus bisa memberikan semangat untuk kemajuan.
3. Tut wuri handayani, artinya ketika di belakang kita harus mampu memberikan dorongan bagi yang ada di depan kita.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional
Setelah kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan Indonesia. Filosofi tut wuri handayani pun hingga saat ini masih dijadukan semboyan bagi dunia pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959.
Untuk mengenang jasa-jasanya terhadap pendidikan nasional, pemerintah Indonesia lantas menetapkan hari lahir Ki Hajar Dewantara sebagai peringatan Hardiknas. Hari Nasional ini diputuskan berdasarkan Keppres No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959.
Walaupun bukan hari libur nasional, tetapi hari Pendidikan Nasional akan dirayakan masyarakat Indonesia terutama oleh intitut pemerintahan dan para siswa sekolah. Ketika memperingati Hardiknas, biasannya diadakan upacara pengibaran bendera merah putih di sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan lembaga pemerintahan. Upacara ini disertai dengan pembacaan pidato berisi sejarah lahirnya hari Pendidikan Nasional oleh kepala sekolah ataupun penjabat setempat.
Nah itulah tadi sejarah Hari Pendidikan Nasional yang tak lepas dari peran Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara. Semoga menambah wawasan untuk kita semua!
Baca Juga: Profil Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia dan Penetapan Hardiknas
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari