Asal Usul Bedug sebagai Penanda Sholat dan Takbiran

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 21 April 2023 | 23:36 WIB
Asal Usul Bedug sebagai Penanda Sholat dan Takbiran
Bedug Kyai Wahyu Tengara Masjid Agung Solo. [Suara.com/Ari Welianto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bedug merupakan salah satu instrumen musik tradisional yang telah digunakan selama ribuan tahun sebagai alat komunikasi antarmanusia. Di Indonesia, bedug digunakan sebagai penanda datangnya waktu sholat. Bedug pada awalnya dibuat dari kulit binatang dan dimainkan dengan cara dipukul.

Bedug ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Bedug Jawa biasanya terbuat dari kayu dan memiliki ukuran yang besar dan tebal. Sedangkan bedug Sumatera dan Sulawesi terbuat dari logam dan memiliki ukuran yang lebih kecil.

Lantas bagaimana asal usul bedug hingga digunakan oleh umat Islam sebagai penanda waktu sholat? Simak ulasannya berikut ini.

Dilansir dari berbagai macam sumber, bedug pertama kalinya ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang dan disambut oleh seorang raja pada masa itu.

Baca Juga: H-1 Lebaran, Arus Mudik yang Melintas di Cianjur Didominasi Kendaraan Roda Dua

Ketika Laksamana Cheng Ho hendak pergi dan ingin memberikan hadiah, sang raja mengatakan bahwa dirinya ingin mendengarkan suara bedug dari masjid. Sejak saat itu, bedug menjadi bagian dari masjid dan digunakan sebagai penanda waktu sholat hingga saat ini.

Penggunaan Bedug dalam Ibadah Sholat

Bedug memiliki peran penting dalam ibadah sholat di masjid. Bedug digunakan sebagai alat penanda waktu sholat dan sebagai penanda dimulainya ibadah sholat.

Bedug juga digunakan sebagai pengiring musik pada saat upacara pengajian atau acara adat. Banyak kuil maupun tempat ibadah seperti di China, Korea, dan Jepang menggunakan bedug sebagai alat komunikasi ritual (penanda kegiatan ritual).

Di Indonesia, penggunaan bedug dalam ibadah sholat sudah dilakukan sejak zaman kerajaan Islam di Jawa. Pada saat itu, bedug digunakan sebagai alat penanda waktu sholat dan juga sebagai pengiring musik dalam upacara adat dan keagamaan. Namun, pada masa Orde Baru (Orba), pernah ada gerakan pembersihan masjid dar unsur-unsur non Islam seperti bedug.

Baca Juga: Di Purwakarta, Malam Takbiran Dimeriahkan Festival Bedug

Bedug dianggap bukan berasal dari budaya Islam dan dilarang digunakan di surau, langgar, dan masjid serta diganti dengan pengeras suara. Namun, masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) mempertahankan bedug menjadi unsur dalam masjid dan bertahan hingga saat ini.

Bedug juga digunakan sebagai media untuk kegiatan takbiran atau sholawatan saat Idul Fitri maupun Idul Adha. Dengan adanya gema takbir dan suara dari bedug, menjadi ciri khas tersendiri untuk menyambut hari besar umat Islam.

Demikian ulasan singkat mengenai asal usul bedug yang digunakan sebagai penanda waktu sholat hingga acara takbiran menjelang Idul Fitri maupun Idul Adha. Semoga ulasan di atas bermanfaat untuk kamu!

Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI