Suara.com - Malam takbiran menjadi tradisi Islam di Indonesia jelang Idul Fitri. Aktivitas takbiran tentu tidak bisa dilepaskan dari bedug, alat berbentuk tabung mirip gendang yang biasa ada di masjid-masjid. Dimanakah bedug terbesar di dunia?
Tahukah kamu jika bedug yang dipercaya terbesar di dunia ternyata berada di Indonesia. Tepatnya, di Masjid Agung Darul Muttaqin yang terletak di dekat Alun-Alun Purworejo, Jawa Tengah.
Melansir sejumlah sumber, Bedug Purworejo memiliki panjang sekitar 292 cm, garis tengah depan 194 cm, dan garis tengah belakang 180 cm. kemudian untuk keliling bagian depan adalah 601 cm, sementara keliling bagian belakang 564 cm. Dengan ukuran tersebut, bedug Masjid Agung Darul Muttaqin dipercaya sebagai bedug terbesar di dunia.
Tak sampai di situ, bagian depan dan belakang bedug juga dilapisi dengan kulit banteng tua. Kulit tersebut dipaku dengan 120 paku di bagian depan dan 98 paku di bagian belakang. Bedug terbesar di dunia ini dibuat dari kayu jati tua berusia ratusan tahun. Di sana terdapat lima buah cabang sehingga disebut Bedug Pandawa.
Baca Juga: Warga Bandung Barat Diimbau Tak Lakukan Takbiran Keliling
Jika menilik pada sejarahnya, Bedug Purworejo tak bisa dilepaskan dari peristiwa Perang Jawa yang dimotori oleh Pangeran Diponegoro pada 1830. Setelah perang berakhir, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat pemimpin dari kelompok pribumi untuk memerintah wilayah Purworejo yang pada saat itu bernama Tanah Bagelen.
Bupati pertama Bagelen KRT Tjokronegoro I berinisiatif membangun masjid agung sebagai tempat beribadah umat Islam saat itu. Untuk melengkapi bangunan, sekaligus berfungsi sebagai alat penanda datangnya salat maka dibuatlah sebuah bedug pada 1834 Masehi.
Saat itu, pembuatan bedug dilakukan dengan cara sayembara, terbuka bagi siapa pun yang berhasil mengangkut bedug sampai ke masjid. Menurut catatan sejarah, Bedug Pandawa Purworejo dibuat di Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Masjid Agung Darul Muttaqin.
Meski jarak desanya tak terlalu jauh dari masjid, ada kisah menakjubkan ketika mengangkut bedug sampai ke masjid. Saat itu jalan menuju masjid dari desa sangat terjal dan sulit dilewati.
Maka dari itu, masyarakat mengangkutnya dengan menggunakan tali tambang dan kayu gelondongan yang diubah menjadi roda. Para pekerja yang terlibat mengangkut harus melewati tujuh pos sebelum tiba di masjid agung.
Baca Juga: Bacaan Takbir Idul Fitri Tulisan Latin Lengkap dengan Artinya
Saat ini untuk menjaga keawetan bedug sudah tidak lagi ditabuh kecuali di hari-hari besar Islam dan hari kemerdekaan Indonesia. Sebagai gantinya, sebuah bedug lebih kecil juga diletakkan di Masjid Darul Muttaqin untuk ditabuh harian.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni